Home » Ulasan Pertandingan Como 1907 vs Fiorentina: Satu Kiper Jadi Pahlawan, Satunya Jadi Kutukan

Ulasan Pertandingan Como 1907 vs Fiorentina: Satu Kiper Jadi Pahlawan, Satunya Jadi Kutukan

oleh Rizky Benang
A+A-
Reset
Ulasan Pertandingan Como 1907 vs Fiorentina: Satu Kiper Jadi Pahlawan, Satunya Jadi Kutukan

Menangis di rumah sendiri, kekalahan yang sudah pasti, dan pekerjaan rumah yang tidak segera dibenahi. Itulah yang menggambarkan kondisi klub tercinta kita Como 1907 setelah mengalami kekalahan atas Fiorentina dengan skor 0-2 di stadion Giuseppe Sinigaglia Minggu (24/11/24).

Padahal Como 1907 juga tidak kalah ganas menyerang gawang kiper La Viola, De Gea dari empat kali kesempatan, dan shots on target 1. I Lariani juga mendominasi pertandingan dengan persentase 47%. Untuk klub yang berada di klasemen 15 hal ini tidak memalukan, mengingat lawannya La Saviola berada di 4 besar papan atas.

Sebelum saya mereview jalannya pertandingan, akan saya lampirkan terlebih dahulu susunan pemain semalam, siapa tau pembaca sudah bisa menerka sendiri pertandingan berjalan seperti apa.

Susunan Pemain

Como 1907 (4-2-3-1): Emil Audero (GK), Goldaniga, Alberto Dossena, Barba, M Sala, Engelhardt, Lucas Da Cunha, Fadera, Nico Paz, Alberto Moreno, Patrick Cutrone

Pelatih: Cesc Fabregas

Fiorentina (4-2-3-1): David De Gea (GK), Dodo, Comuzzo, Ranieri, Robin Gosens, Danilo Cataldi, Yacine Adli, Andrea Colpani, Beltran, Edoardo Bove, Moise Kean

Pelatih: Raffaele Palladino

Dinamika Pertandingan

La Saviola berhasil membobol gawang I Larioni pada menit ke-20 lewat sepak Yacine Adli lewat umpan manis Edoardo Bove.

Tidak puas membuat tuan rumah malu dihadapan fansnya, Fiorentina kembali menggempur dengan serangan balik yang dilakukan Moise Kean pada menit ke -68.

Psikologis Como sangat dipermainkan, gol pertama dilakukan di menit-menit awal, dan gol kedua dilakukan di menit-menit panas.

Ketika squad asuhan Cesc Fabregas menerima serangan demi serangan yang dilancarkan oleh tim asuhan Rafaelle Palladino yang sebenarnya tidak terlalu efektif ini, tetapi karena masalah yang terus berulang  pertahanan, maka serangan yang tidak efektif pun mampu menembus gawang Como.

Padahal serangan Como terbilang ganas tadi malam, sialnya tidak diimbangi dengan pengawalan ketat di belakang.

Kutukan Emil Audero

Blunder yang dilakukan kiper Como sangat fatal, pasalnya ia melakukan kesalahan yang sama padahal masih ada kesalahan lain yang perlu dicoba hehe. Kiper keturunan Indonesia ini kembali kebobolan dengan cara yang sama, yaitu tendangan yang meluncur ke bawah seperti kejadian pembantaian oleh Lazio pada pekan ke 10.

Dan saya tidak akan bosan-bosan mengatakan bahwa pertahanan Como adalah klub dengan pertahanan terburuk kedua liga Serie A  musim ini. Terkhususnya kiper sebagai titik krusial, kiper keturunan Indonesia ini sedang dalam performa terburuk.

Karena dengan jam terbang yang tinggi seharusnya Emil Audero menunjukkan perbaikan kualitas yang mampu menjadi penjaga Como dari zona degradasi. Jika kemarin Cesc Fabregas mengkritik dengan keras bahwa Emil Audero adalah biang kerok atas kekalahan pembantaian melawan Lazio. Kali ini Cesc Fabregas menyindir secara halus.

Saya bekerja dengan pemain yang 80% masih bermain di divisi dua musim lalu

Cesc Fabregas

Di sisi lain kiper Fiorentina menjadi pahlawan yang dipuja-puja, memang sepak terjang De Gea sudah tidak perlu diragukan lagi, insting menghalau bolanya sungguh sangat kuat, bayangkan saja empat gol yang seharusnya milik Como dilepehkan begitu saja.

Beberapa serangan mengerikan dari Edoardo Goldaniga dan Federico Barba tak mampu menembus benteng De Gea.

Head to Head Como 1907 VS Fiorentina

Sejarah mencatat dari 34 duel di semua kompetisi La Viola Fiorentina menang 16 kali sementara I Lariani Como meraih 11 kemenangan, sisanya 7 pertandingan berakhir dengan imbang. Dengan pertandingan semalam total pertandingan Como 1907 VS Fiorentina menjadi 35 dan kemenangan Fiorentina bertambah menjadi 17.

Hasil dari duel yang tak seimbang kemarin malam akhirnya membuat Como 1907 terserok ke peringkat 17 dari 20 klub di liga Serie A. Memang ketentuan zona degradasi setiap liga itu berbeda, tapi kalau berada di empat besar bawah sih tentu ancaman sangat nyata.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar