Home » Tekel Sembrono Dele Alli yang Bikin Como Takluk dari AC Milan

Tekel Sembrono Dele Alli yang Bikin Como Takluk dari AC Milan

oleh Moddie Wicaksono
A+A-
Reset
Tekel Sembrono Dele Alli yang Bikin Como Takluk dari AC Milan

Dalam empat laga terakhir melawan Como, AC Milan tidak pernah kalah. Rossoneri, julukan AC Milan, selalu memetik kemenangan meskipun dengan skor tipis. Minggu dini hari (16/3) tadi AC Milan kembali memperpanjang rekor kemenangan tersebut. 2-1.

Possession ball ala Fabregas

Jika ada yang mengatakan tim medioker akan sulit menguasai pertandingan, lihatlah pertandingan AC Milan vs Como. Bermain sebagai tim tamu dan masih kategori medioker, Como justru menguasai pertandingan.

Trio Nico Paz, Gabriel Strefezza, dan Assane Diao cukup berhasil mengobrak-abrik lini tengah. Tampak baik Musah maupun Bondo cukup kewalahan menangani trio tersebut.

Assane Diao lumayan menyita perhatian karena beberapa kali berhasil mengelabui pemain Timnas Inggris Kyle Walker. Bahkan, ada satu kesempatan yang mana Gabbia tak mampu mengejar lari Diao.

Sementara Nico Paz, seperti biasanya, gerakan atau liukannya berulang kali membuat Theo atau Musah harus menjatuhkannya. Cutrone memang tidak terlalu menonjol. Namun, sepertinya memang ia dipasang untuk menguji mental Gabbia dan Thiaw.

Strefezza, meskipun kalah body ball dengan Theo, tetap menunjukkan jiwa petarung. Wajar, sih, dia cukup sering dilanggar. Yang menarik justru bagaimana Da Cunha dan Caqueret mem-back up trio tersebut. Khusus Cunha, dia layak mendapat apresiasi.

Pola segitiga Diao, Paz, dan Da Cunha berhasil mengobrak-abrik pertahanan AC Milan. Alhasil, tendangan kiri mendatar dari Da Cunha mampu menembus jala gawang Maignan. Skor 1-0.

Possession ball Como memang menjanjikan. Buktinya sepanjang paruh pertama, Como menguasai pertandingan hingga 62%. Serangannya cukup efektif. Delapan kesempatan ke gawang berhasil Como buat.

Berbanding terbalik dengan AC Milan yang hanya mampu menghasilkan lima peluang. Meskipun begitu, andai Musah berhasil mencetak gol pada menit ke-4, mungkin akan lain ceritanya pertandingan pada paruh pertama.

Gebrakan AC Milan pada paruh kedua

Sergio Conceicao jelas tertekan. Raut mukanya berulang kali menyiratkan kekecewaannya. Apalagi saat Da Cunha mencetak gol. Jelas sangat kecewa dengan bolongnya lini tengah. Anehnya, justru Leao tersenyum lebar, barangkali dia seperti memberi apresiasi atas proses gol Da Cunha.

Bondo, yang tidak bisa menahan pergerakan Da Cunha apalagi Paz, terpaksa diganti Fofana. Sedangkan Theo tampaknya tidak menampilkan performa yang apik pada malam itu harus lengser. Posisinya diambil alih Jimenez. Perubahan cukup signifikan di lini belakang.

Sementara Como juga ikut melakukan pergantian pemain di lini belakang–yang kemudian sia-sia. Dossena masuk menggantikan Kempf. Sayangnya, tidak lebih dari 20 menit, Dossena cidera dan terpaksa keluar. Penggantinya adalah Van der Brempt.

Como memang masih menguasai pertandingan. Namun, kehadiran Fofana seperti memberi tenaga baru untuk AC Milan. Apalagi Joao Felix yang masuk menggantikan Musah semakin menambah daya dobrak lini serang.

Sebelum Joao Felix masuk, terjadi peristiwa yang bikin publik Rossoneri terdiam. Da Cunha, lagi-lagi, berhasil mencetak gol pada menit ke-50. Beruntung, siku kirinya mendahului seluruh tubuh pemain terakhir AC Milan. Offside. Andai gol, mungkin tidak hanya Felix yang masuk melainkan juga Abraham pada saat yang bersamaan.

Reijnders yang bermain sebagai box to box pada paruh kedua justru gemilang. Umpan cungkil nan brilian kepada Pulisic adalah buktinya. Respons yang agak telat membuat para pemain belakang kewalahan menghadapi kecepatan Pulisic. Sekali sontekan, satu gol bersarang di gawang Butez.

Como seperti terisolir pada paruh kedua. Entah karena stamina mulai habis atau model permainan yang terbaca oleh para pemain AC Milan, yang jelas perlahan Reijnders dan kawan-kawan mengambil alih.

Counter attack berhasil dilakukan AC Milan. Sodoran Tammy Abraham, yang menggantikan Gimenez, kepada Reijnders berhasil menggetarkan Jala Butez untuk kedua kalinya. Dengan kaki kanannya, ia mengincar sudut sempit di sebelah kiri Butez. 2-1 untuk AC Milan.

Noda Dele Alli dalam debutnya di San Siro

Usai hiatus selama dua tahun, Dele Alli hadir kembali di lapangan hijau. Tentu saja, ada sedikit ekspektasi dari Fabregas terhadapnya. Pemilik 37 caps bersama Timnas Inggris diharapkan memberikan perubahan signifikan pada sepuluh menit terakhir.

Sayangnya, tidak sama sekali.

Justru Dele Alli menghadirkan noda di San Siro. Pada menit terakhir sebelum babak perpanjangan waktu, Dele Alli mengambil sekaligus menginjak kaki rekan senegaranya Loftus-Cheek dari belakang.

Mulanya, Marchetti, wasit pada laga tersebut, memberikan kartu kuning. Namun, selepas mengecek VAR, kartu tersebut berganti menjadi kartu merah. Noda yang berujung nestapa bagi Como.

Bahkan, nestapa tersebut semakin awet ketika Fabregas juga diganjar kartu merah karena protes dengan keputusan wasit. Lengkap kesedihan Como pada malam itu.

Alhasil, untaian kegembiraan yang hadir pada paruh pertama berbalik menjadi sederet kenestapaan untuk Como pada paruh kedua.

Reijnders dan kawan-kawan tampaknya memberikan pelajaran kepada Como bahwa tidak selamanya menang dalam possession ball berarti menang seutuhnya. Sebab, dengan serangan efektif dan mental yang baik, Rossoneri mampu membalikkan keadaan.

Tiga laga tanpa kemenangan perlu menjadi evaluasi Fabregas. Como, mentalmu perlu dibenahi, ya.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar