Enam tahun ke belakang, Como 1907 hanya sebuah klub pesakitan yang berjuang di kompetisi semi-profesional (Serie D). Klub ini mengalami kebangkrutan dan terpaksa turun ke Serie D karena gagalnya proses administrasi yang dilakukan oleh pemilik sebelumnya (Akosua Puni Essien). Siapa sangka, dalam waktu lima tahun Como 1907 menjelma jadi klub terkaya di Italia dengan ambisi besar.
Grup Djarum mengakuisisi Como 1907 di tahun 2019 dan memiliki ambisi besar dalam membangun klub di bagian utara Italia ini. Manajemen mulai memperbaiki klub di berbagai sektor seperti pembangunan infrastruktur, perombakan struktur manajemen, hingga branding secara global. Selain itu, manajemen membuat perencanaan strategis di sektor pembinaan dan perekrutan pemain.
Ketika klub-klub besar Italia bertarung di bursa transfer dengan membeli pemain berlabel bintang dan harga yang fantastis, Como 1907 bergerak senyap. Klub dari tepi Danau Como ini bergerak tanpa banyak sorotan dengan membangun masa depan dari balik layar. Namun tiba-tiba satu per satu nama penuh potensi mulai merapat dan menjadi pemain Como 1907.
Kebangkitan Como 1907 bukanlah terjadi secara instan, melainkan dengan sebuah perencanaan yang strategis dan digerakan secara presisi. Di tengah hiruk-pikuk Serie A, Como 1907 memilih jalur yang berbeda. Klub ini bukan berinvestasi pada nama besar, tetapi pada mata-mata sepak bola (talent scout) yang tersebar dari Prancis bagian selatan hingga Skandinavian di bagian utara.
Strategi scouting ini disebut sebagai proyek jangka panjang yang berbasis kecerdasan data dan instuisi di lapangan. Para pencari bakat Como 1907 tidak hanya menonton pertandingan, tetapi juga menganalisis ribuan jam video pertandingan, data xG (Expected Goals), duel sukses, dan heatmap posisi untuk dapat menemukan sebuah permata yang belum diasah.
Jaringan Scouting Global: Menyusup ke Sudut-Sudut Sepak Bola Demi Sebuah Permata
Como 1907 melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dan melibatkan tokoh-tokoh sepak bola dan juga publik. Hal ini tentu membuka jaringan global yang semakin luas untuk mempermudah para pencari bakat mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh klub. Strategi scouting Como 1907 melampaui batas Italia dan telah menanam pengaruh kuat di berbagai belahan dunia.
Kini pergerakan pencari bakat Como 1907 sudah menyusup ke sudut-sudut sepak bola dunia seperti wilayah Skandinavia dengan target pemain yang memiliki teknikal baik dan disiplin seperti Andreas Schjelderup (masuk radar rekrutment). Selain Skandinavia, Balkan menjadi wilayah lainnya di dalam menemukan pemain potensial, Martin Baturina adalah contoh pemain yang berhasil di rekrut.
Prancis dan Belgia menjadi tempat pencarian berikutnya dengan bakat muda yang dimiliki para pemain di beberapa akademi seperti Metz, Reims, dan Genk. Talent scout Como 1907 tidak hanya mencari permata di Eropa tetapi juga Afrika Utara dan Amerika Selatan yang menyasar talenta mentah dengan harga rendah namun memiliki potensi eksplosif.
Strategi scouting Como 1907 ini berjalan dengan ditopang oleh struktur manajemen modern dan tokoh-tokoh yang tepat. Selain menjadi pelatih, Cesc Fabregas ikut andil dalam perekrutan pemain khususnya pemain muda dengan potensi besar. Nama besarnya juga menambah kredibilitas klub di mata agen dan pemain muda sekaligus menjadi validator proyek Como 1907.
Setiap calon pemain akan dievaluasi terlebih dulu oleh beberapa tim, seperti Departemen Video Analitik yang mengelola ratusan jam cuplikan pertandingan dari lima liga minor Eropa. Kemudian ada tim pelatih, yang menentukan apakah profil teknis pemain sesuai dengan gaya bermain Como 1907 yaitu progresif, fleksibel, dan berani.
Scouting Como 1907 juga didukung oleh tim psikologis, di mana tim ini bertugas untuk mengevaluasi kepribadian dan daya tahan pemain muda di bawah tekanan transisi. Dengan kualitas scouting yang sangat baik, target Como 1907 bukan sekadar bertahan di Serie A saja. Como 1907 memiliki target berjenjang sembari membangun pondasi yang kuat seperti memiliki akademi elite hingga masuk kompetisi Eropa.
