Home » Kisah Roberto De Zerbi: Maestro Taktik Sepak Bola Modern yang Pernah Membela Como 1907

Kisah Roberto De Zerbi: Maestro Taktik Sepak Bola Modern yang Pernah Membela Como 1907

oleh Fans Como Indonesia
A+A-
Reset
Kisah Roberto De Zerbi: Maestro Taktik Sepak Bola Modern yang Pernah Membela Como 1907

Dalam sejarah sepak bola, tidak semua pemain yang kariernya biasa-biasa saja akan lenyap dari ingatan. Beberapa justru bangkit setelah gantung sepatu dan mengukir prestasi lebih besar sebagai pelatih. Salah satu contoh paling nyata adalah Roberto De Zerbi, sosok yang kini dikenal sebagai pelatih ikonik dengan filosofi sepak bola menyerang yang modern, progresif, dan penuh keberanian.

Sebelum namanya berkibar di Eropa sebagai pelatih Sassuolo, Shakhtar Donetsk, hingga Brighton, De Zerbi sempat bermain untuk Como 1907 pada masa awal kariernya sebagai pesepak bola profesional. Klub asal Danau Como itu menjadi salah satu pintu masuk ke dunia sepak bola profesional, tempat ia menempa diri sebelum akhirnya berkembang menjadi seorang maestro di pinggir lapangan.

Jejaknya bersama Il Lariani mungkin singkat, tetapi Como 1907 tetap menjadi bagian penting dari kisah perjalanan panjang seorang pelatih ikonik di Eropa saat ini. Bahkan dirinya kini digadang-gadang sebagai salah satu pelatih yang banyak diminati klub besar Eropa dan kemungkinan masuk sebagai calon pelatih untuk menangani tim nasional Italia di masa depan.

Profil Roberto De Zerbi dan Perjalanan Kariernya Sebagai Pemain

Roberto De Zerbi lahir pada 6 Juni 1979 (46 tahun) di Brescia, Italia. Sebagai pemain, ia berposisi sebagai gelandang serang (playmaker) dengan keunggulan pada visi bermain, kreativitas, dan spesialis bola mati. Karier bermainnya berlangsung dari tahun 1998 hingga 2013, sebelum akhirnya memutuskan untuk pensiun dan beralih ke dunia kepelatihan.

De Zerbi dikenal sebagai gelandang kreatif dengan teknik tinggi. Ia memiliki kemampua untuk mengatur ritme permainan, membongkar pertahanan dengan umpan terobosan, dan mengeksekusi bola mati dengan presisi. Namun, ia tidak pernah mencapai status sebagai bintang besar di Serie A karena keterbatasan fisik yang membuatnya sulit bersaing di level tertinggi.

Meski begitu, pengalamannya bermain di berbagai level kompetisi, mulai dari Serie C, Serie B, Serie A, hingga kompetisi Eropa membentuk fondasi taktik dan pemahamannya terhadap permainan. De Zerbi merupakan produk akademi dari AC Milan tetapi memulai karier sepak bola profesionalnya bersama Calcio Monza pada musim 1998/99.

Bersama Calcio Monza, ia mencatatkan 11 penampilan kemudian berpindah ke Padova di musim yang sama. De Zerbi mencatatkan 23 penampilan dengan mencetak lima gol dan dua assist bersama Padova selama dua musim, tetapi sempat dipinjamkan ke Como 1907 pada musim 1999/00. Bersama Como 1907, De Zerbi mencatatkan 11 penampilan dan mencetak tiga gol.

Kemudian ia membela beberapa klub sebelum memutuskan pensiun di tahun 2013, seperti Avellino (2000/01, 2008/09 21 Pertandingan, 5 Gol, 5 Assist), Lecco (2001/02, 7 Pertandingan), Foggia (2001/02-2003/04, 60 Pertandingan, 18 Gol), Arrezo (2004/05, 30 Pertandingan, 8 Gol, 6 Assist), Catania (2005/06, 35 Pertandingan, 7 Gol), Napoli (2006/07 – 2008/09, 42 Pertandingan, 4 Gol, 4 Assist), Brescia (2007/08, 19 Pertandingan, 1 Gol), CFR Cluj (2009/10-2011/12, 30 Pertandingan, 8 Gol, 6 Assist), dan Trento (2012/13, 10 Pertandingan, 3 Gol).

Selama berkarier sebagai pemain, De Zerbi meraih beberapa gelar seperti juara Serie C bersama Foggia (2002/2003), juara Piala Intertoto bersama Napoli (2008/09), juara SuperLiga Rumania dan Piala Rumania bersama CFR Cluj (2009/10, 2011/12 dan 2009/10). Ia juga pernah meraih top skor dalam ajang Viareggio Cup, kompetisi tim muda di Italia pada musim 1997/98.

Roberto De Zerbi: Pelatih Inovatif dengan Gaya Atraktif di era Sepak Bola Modern

Setelah pensiun, De Zerbi memulai karier kepelatihannya di klub kecil Darfo Boario pada tahun 2013 sebelum mendapat kesempatan lebih besar di Foggia, di mana ia menunjukkan potensi dengan gaya bermain atraktif. Kariernya kemudian melejit saat menangani Sassuolo (2018-2021), klub yang ia ubag menjadi tim dengan identitas kuat berbasis penguasaan bola dan pressing tinggi.

De Zerbi kemudian berkarier di luar Italia bersama Shakhtar Donetsk, di mana ia langsung meraih Piala Super Ukraina pada tahun 2021. Saat perang Rusia-Ukraina meledak, ia memilih hengkang dan akhirnya bergabung dengan Brighton & Hove Albion di Premier League. Di Inggris, reputasinya semakin meroket setelah membawa Brighton lolos ke kompetisi Eropa untuk pertama kalinya.

Kini, ia menjadi arsitek dari Marseille yang mendatangkannya pada tahun 2024. Ia membawa klub berada di posisi kedua klasemen Ligue 1 musim 2024/25, sekaligus mengembalikan performa dari Mason Greenwood yang menjadi top skor dengan 21 gol. Selain memiliki gaya kepelatihan paling inovatif di sepak bola modern, ia juga mampu mengeluarkan potensi terbaik para pemainnya.

Dari Pemain Biasa menjadi Master of Beating Press sebagai Pelatih

Roberto De Zerbi adalah bukti nyata bahwa perjalanan besar bisa dimulai dari langkah yang kecil. Dari Calcio Monza, Padova, Como 1907, hingga CFR Cluj, ia merangkak sebagai pemain yang tidak terlalu menonjol, hingga akhirnya menjadi salah satu pelatih paling inovatif di dunia sepak bola modern dan memiliki julukan sebagai “Master of Beating Press”.

Filosofi taktiknya yang menyerang, penuh keberanian, dan detail telah membuatnya disegani oleh para pemain, penggemar, hingga pelatih kelas dunia. Bagi Como 1907, sosok De Zerbi menjadi salah satu kebanggan tersendiri, seorang mantan pemain yang kini mendunia sebagai pelatih. Sementara bagi publik sepak bola, ia adalah contoh bahwa keterbatasan sebagai pemain tidak menghalangi lahirnya seorang jenius taktik sepak bola.

Dengan segala pencapaiannya kini, hanya waktu yang akan menjawab apakah Roberto De Zerbi akan menjadi pelatih legendaris yang menorehkan tinta emas bagi klub besar, atau bahkan membawa kejayaan untuk tim nasional Italia.

Artikel Terkait