Home » Patrick Cutrone: Talenta Besar yang Memilih Pulang

Patrick Cutrone: Talenta Besar yang Memilih Pulang

oleh Haekal Akbar
A+A-
Reset
Patrick Cutrone Como 1907

Dalam dunia sepak bola modern yang penuh dengan kisah glamor, perjalanan karier Patrick Cutrone memberikan suatu cerita yang berbeda. Mantan wonderkid AC Milan ini, setelah melanglang buana di berbagai klub raksasa di kota-kota besar Eropa, kini kembali ke tanah kelahiran untuk membela klub kecil di kampung halamannya, Como 1907. Kisah perjalanan kariernya adalah cerminan atas akar yang membentuk tumbuh Cutrone, bukan hanya sebagai pesepakbola tapi juga sebagai manusia.

Memulai Karier di AC Milan

Cutrone memulai kariernya di akademi AC Milan, sebuah tempat yang melahirkan banyak legenda sepak bola Italia. Pada musim 2017-2018, tahun penuh pertamanya sebagai pemain profesional, ia mencetak 18 gol dari 46 laga di semua kompetisi yang mencatatkan namanya sebagai Top Scorer bagi I Rossoneri.

Dengan gaya permainan agresif, insting tajam, dan jiwa petarung, Cutrone dengan cepat naik daun sebagai salah satu striker muda paling menjanjikan di Italia hingga digadang-gadang sebagai “The Next Inzaghi”. Namun, paceklik gol di musim berikutnya ditambah pergantian pelatih dan ketidakcocokan taktikal membuat perjalanan di Milan berakhir lebih cepat dari yang diharapkan.

Mencari Peruntungan ke Premier League

Pada 2019, Cutrone hijrah ke Inggris meninggalkan Milan untuk Wolverhampton Wanderers dengan nilai transfer €18 juta. Banyak yang menganggap langkah ini sebagai babak baru yang menjanjikan, sebab Wolves dikenal sebagai klub yang sering mengorbitkan bakat-bakat muda. Tetapi, kenyataan berkata lain.

Adaptasi di Inggris tidak berjalan mulus, dan Cutrone kesulitan menunjukkan kemampuan terbaik. Ia hanya mencetak 3 gol dalam 24 penampilan bersama Wolves sebelum dipinjamkan ke Fiorentina pada Januari 2020, mencetak 4 gol dalam 18 pertandingan Serie A. Setelah itu, ia dipinjamkan ke Valencia di La Liga, di mana ia hanya mencatatkan 7 penampilan tanpa gol, dan kemudian kembali Empoli, di mana ia mencetak 3 gol dalam 28 pertandingan Serie A pada musim 2021-2022. Tampaknya Dewa Sepak bola tidak memberikan jalan mudah untuk karir Cutrone.

Namun Cutrone lebih memilih berbaik sangka terhadap nasib. Perjalanan ke klub-klub di berbagai kota Eropa seperti Wolverhampton, Florence, Valencia, dan Empoli ia anggap bukanlah kegagalan, melainkan pelajaran. “Saya bertumbuh sebagai sebagai seorang manusia, dan juga pesepakbola”, ungkap Cutrone dalam sebuah wawancara dengan comofootball.com. “Dari pengalaman bermain di tiga liga terbesar di dunia, saya merasa lebih kuat dan lebih baik,” lanjut pemain kelahiran 3 Januari 1998 tersebut.

Saya bertumbuh sebagai sebagai seorang manusia, dan juga pesepakbola.

Patrick Cutrone

Menancapkan Kaki di Como 1907

Pada periode transfer musim panas 2022, Cutrone memutuskan mengambil langkah drastis: pindah ke Como 1907. Klub bertajuk I Lariani tersebut sudah hampir dua dekade tidak bermain di kasta tertinggi liga Italia. Dengan bakat yang dimilikinya juga usia yang masih terhitung muda, tak ayal banyak yang beranggapan bermain di Serie B tampak sebagai bentuk penyia-nyian kemampuan.

Namun, Cutrone acuh. Sebab baginya ini bukan sekadar pulang ke kampung halaman, tetapi juga kesempatan untuk memulai kembali di klub yang bisa memberikannya stabilitas jam bermain di kota yang ia kenal dan cintai. Maka, Como, klub yang baru lima tahun sebelumnya dinyatakan bangkrut, menjadi panggung baru bagi Cutrone untuk membuktikan diri.

Di bawah manajemen baru Djarum Group yang ambisius, Como berusaha membangun tim yang kompetitif dan berorientasi jangka panjang. Kehadiran Cutrone menjadi bagian penting dari visi ini. Meski masih muda, pengalaman Cutrone bermain di level tertinggi membuatnya menjadi pemimpin di ruang ganti. Dalam dua musim membela Como di Serie B, ia mencetak 23 gol, dinobatkan sebagai Most Valuable Player (MVP) Serie B, juga menjadi sosok sentral yang membawa Como promosi dan bermain kembali di Serie A setelah 21 tahun lamanya.

Di musim pertamanya di Serie A bersama Como hingga memasuki paruh kedua liga Cutrone mencatatkan namanya lima kali di papan skor. Meski belum menggembirakan, namun kontribusinya di atas lapangan tidak sebatas gol semata.

Kemampuannya memberikan assist serta umpan kunci dalam output serangan juga agresivitas tekel dan pressing dalam fase bertahan membuatnya penting dalam keseluruhan permainan I Lariani. Apalagi dengan ban kapten yang melekat, menunjukkan peran sentralnya bagi kondisi emosional tim. Dengan peran penting tersebut, maka tak sulit untuk menyimpulkan Cutrone sebagai salah satu aktor penting dari perjalanan como menjauhi zona degradasi sejauh ini.

Namun, masih ada 20 giornata sebelum Serie A musim 2024/2025 berakhir. Artinya perjalanan Cutrone juga Como masih panjang. Namun satu yang pasti: setiap kali Cutrone mencetak gol di Stadion Giuseppe Sinigaglia, sorakan para pendukung I Lariani terasa lebih bermakna sebab sang bintang lokal tidak hanya berhasil mengubah papan skor, tetapi juga telah menunjukkan kebangkitan kota mereka di kancah sepakbola Italia. Forza, Cutrone!

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar