I Lariani menjamu Napoli, penunggu puncak Serie A pada Minggu, jornada 26. Sekilas, pertandingan ini seperti sudah tertebak. Tim promosi melawan tim pemuncak klasemen, hasilnya biasanya tak jauh dari tim besar mendikte bagaimana sepak bola harusnya dimainkan. Tapi, laga ini lumayan berbeda.
Meski Como 1907 terkesan begitu sporadis dan tidak mulus dalam transisi, tapi mereka tetap memberikan perlawanan yang berarti pada Napoli. Bahkan, first line pressure yang dilakukan I Lariani bikin koordinasi bek Napoli kacau dan berbuah gol bunuh diri.
Rrahmani, yang berniat melakukan backpass, justru harus melihat bola masuk gawangnya sendiri. Meret yang berada di sisi ujung kanan kotak harus tak punya waktu mengejar bola backpass salah arah Rrahmani. Pertandingan baru berjalan 7 menit, tapi Como 1907 sudah unggul.
Tetap saja, Napoli membuktikan kelasnya. Sekalipun tertinggal oleh gol yang kelewat konyol, mereka menaikkan tingkat pressure mereka hingga bikin Como 1907 lumayan kelimpungan. Akhirnya pressure tersebut memberi hasil.
Umpan da Cunha yang tidak bisa dikontrol sempurna oleh Kempf dimanfaatkan oleh Raspadori yang tanpa ragu menceploskan bola di sisi kiri Butez. Raspadori menyamakan skor pada menit 17, dan pertandingan pun makin panas.
Blunder dibalas blunder. Hiburan dibalas hiburan.
Tempo pertandingan tak segera menurun sekalipun skor sudah sama imbang. Como 1907 sesekali mendapat kesempatan menyerang. Tapi kedisiplinan Napoli menjaga shape pertahanan dan kurangnya support dari kawan setim bikin serangan Como 1907 tak membuahkan hasil dan kerap digagalkan di sepertiga akhir pertahanan Napoli.
Napoli pun tak mengendurkan serangan, dan Como 1907 harus berjibaku begitu keras untuk menahan gempuran McTominay dan kawan-kawan. Tapi penyelesaian akhir yang kurang matang bikin Napoli tak kunjung unggul, sekalipun mereka jelas lebih matang dalam menjaga struktur serangan dan shape bertahan.
Babak pertama, berakhir tanpa gol tambahan.
Jeli melihat ruang, kunci untuk menang
Babak kedua sama sengitnya dengan babak pertama. Tempo permainan tidak terlihat menurun, bahkan memanas. Salah satu contohnya adalah Fabregas yang harus menerima kartu kuning.
Di lapangan pun sengit. I lariani dan Napoli saling jual beli serangan. Assane Diao sempat mendapat peluang yang begitu cantik, tapi masih bisa diblok oleh bek Napoli.
Napoli pun sempat mendapat peluang emas. Berawal dari serangan balik, Frank Anguissa yang berdiri bebas mengirimkan tendangan menuju gawang Butez. Tapi digagalkan begitu saja oleh Butez. Kalau ada salah satu hal yang bisa jadi catatan apik, performa Butez malam ini begitu solid.
Tapi di menit 77, berawal dari serangan balik, Nico Paz membawa bola sendirian dan mendapati Assane Diao berdiri dalam posisi yang amat luang. Jeli melihat ruang, Nico mengirim bola pada Diao yang berdiri di antara dua bek Napoli. Setelah menerima bola, tanpa waktu lama, Diao mengirimkan bola di sudut gawang yang dijaga Meret.
I Lariani memimpin lagi, kali ini tanpa bantuan pemain Napoli.
Napoli merespons dengan mengubah pendekatan. Menaikkan garis pertahanan, serta membombardir pertahanan Como 1907 dengan menaruh lebih banyak orang. Tapi Butez dan Como 1907 secara general bertahan lebih kuat. Bahkan beberapa kali Como 1907 mendapat momentum serangan balik, meski tetap tak berhasil menembus final third.
Rrahmani hampir saja menebus dosanya dengan sepakan keras dari luar kotak penalti di menit 94. Sayang, sepertinya memang hari ini adalah hari sialnya. Itulah peluang terakhir Napoli, dan mereka pun harus gigit jari.
Pertandingan ini mungkin terasa seperti cerita David versus Goliath-esque. Namun yang saya tahu, Goliath tidak melukai satu kakinya sendiri seperti apa yang dilakukan Napoli.
Assane Diao mengancam Napoli
Sepanjang pertandingan, Assane Diao bersama Nico Paz adalah aktor utama yang bikin pertahanan Napoli keteteran. Dua pemain yang merupakan andalan Como 1907 berkali-kali membelah pertahanan Napoli yang harusnya rapat, mengingat Napoli begitu disiplin menjaga shape pertahanan.
Tapi respons bek Napoli yang baru bergerak ketika bola bergulir seakan tak berarti jika punya lawan yang jeli membaca ruang. Gol Assane Diao adalah bukti bahwa respons bek Napoli tidak sesuai harapan. First dan second line press Napoli memang begitu intens, tapi pressing dari bek mereka justru tak seagresif pemain lini depan dan tengah.
Como 1907 di sepanjang pertandingan tidak menyisakan gap di tiap lininya. Singkatnya, Como 1907 begitu disiplin dalam menyerang dan bertahan. Ada kekurangan memang, yaitu bikin penyerangan tidak begitu efektif karena kerap kalah jumlah, apalagi Napoli disiplin. Tapi tidak rentan terkena serangan balik.
Di sinilah kunci Assane Diao. Bersama Nico Paz, dia bisa membawa bola sendiri dan mengolahnya bersama Nico. Tak perlu butuh banyak orang atau overload dalam menyerang, menembus final third bukan masalah. Toh, lini belakang Napoli justru tak seagresif itu dalam press, menyisakan ruang yang cukup untuk dieksploitasi Nico dan Diao.
Ketika Diao ditarik pada menit 79, berkali-kali Como 1907 masih bisa mendapat kesempatan menyerang yang sama nyamannya. Respons Napoli sudah kelewat telat. Dan akhirnya yang tersenyum di akhir bukan Napoli, tapi I Lariani.
Remember, this isn’t Cinderella story, this is I Lariani.