Gelora dan semangat pendukung Como 1907 di Indonesia tak pernah padam. Jauh di seberang samudra, kita, para pendukung setia, selalu mengikuti setiap langkah tim kesayangan kita. Ketika kabar Como promosi ke Serie A terdengar, euforia itu terasa hingga ke sini.
Namun, musim perdana di kasta tertinggi tentu tidak akan mudah. Kekalahan adalah bagian dari perjalanan, dan pertandingan melawan Bologna menjadi salah satu buktinya. Kekalahan 0-1 di Stadio Renato Dall’Ara mungkin terasa pahit, tetapi ada pelajaran berharga yang dipetik dari sana. Cesc Fabregas, sang pelatih, memahami betul hal ini.
Sebelum pertandingan dimulai, harapan membumbung tinggi. Bologna adalah tim yang kuat, tetapi Como juga punya potensi. Dengan skuad yang terus berkembang dan semangat juang yang tinggi, para penggemar berharap Como bisa memberikan kejutan. Namun, realita di lapangan terkadang berbeda dari ekspektasi. Begitulah sepak bola.
Peluit panjang dibunyikan, menandai kekalahan pertama Como di Serie A. Di ruang ganti, suasana hening. Para pemain mungkin merenungi kesalahan-kesalahan yang terjadi, kekecewaan tergambar jelas di wajah mereka. Namun, di tengah kesunyian itu, Fabregas hadir. Ia bukan hanya seorang pelatih, tetapi juga mentor dan pemimpin yang tahu bagaimana mengangkat mental timnya. Ia mendekati para pemain satu per satu, menepuk pundak, memberikan semangat, dan memastikan mereka tidak larut dalam kekecewaan.
Pada konferensi pers setelah pertandingan, Fabregas tidak mencari-cari alasan. Ia mengakui keunggulan Bologna dan mengambil tanggung jawab penuh atas kekalahan timnya. Kata-katanya sederhana, tetapi penuh makna dan kebijaksanaan, mencerminkan pengalamannya sebagai pemain top dunia. “Hari ini bukan hari kami,” ujarnya. Kalimat itu mungkin terdiiri dari empat kata, tetapi itu merangkum segalanya. Ini bukan tentang kurangnya usaha atau semangat, tetapi tentang fakta bahwa di hari itu, Bologna bermain lebih baik. Mereka lebih tajam dalam menyerang dan lebih solid dalam bertahan.
Fabregas melanjutkan dengan analisis yang tenang dan terperinci. Ia menyoroti perbedaan kelas antara kedua tim, tetapi tanpa nada menyerah. Ia melihat kekalahan ini sebagai bahan bakar, bukan sebagai halangan.
“Saya pikir Bologna adalah tim yang lebih siap, mereka sudah bermain bersama untuk waktu yang lama. Mereka punya kualitas dan mentalitas yang bagus,” jelasnya. “Ini adalah Serie A. Tim-tim yang kami hadapi adalah tim yang sangat siap. Tapi kami tidak ingin memberikan alasan.”
Kutipan tersebut menunjukkan kedewasaan Fabregas sebagai pelatih. Ia tidak menyalahkan siapa pun, baik pemainnya, wasit, maupun nasib buruk. Ia menerima kekalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Sikap seperti ini adalah hal yang sangat penting untuk tim yang baru promosi. Di Serie A, setiap pertandingan adalah ujian. Setiap kesalahan akan dihukum. Fabregas tahu bahwa timnya harus belajar dari setiap kekalahan untuk bisa bertahan dan berkembang di kasta tertinggi.
Pernyataan Fabregas juga memuat optimisme yang kuat. Seperti yang dikutip dari media “Kekalahan 0-1 dari Bologna menjadi pelajaran berharga bagi Como, yang harus segera beradaptasi dengan ketatnya Serie A.” Ia tidak melihat ini sebagai akhir dari segalanya. Sebaliknya, ia melihatnya sebagai awal dari sebuah proses adaptasi. Ia menekankan pentingnya belajar dari kesalahan, karena hanya dengan begitu Como bisa menjadi tim yang lebih kuat. Ia meminta para pemainnya untuk tetap bangga atas pencapaian mereka dan terus bekerja keras.
Bagi kita, para pendukung Como di Indonesia, kata-kata Fabregas sangat menghibur dan membangkitkan semangat. Ini bukan hanya tentang skor akhir. Ini tentang bagaimana tim kita bangkit setelah jatuh. Ini tentang mentalitas yang dibangun oleh Fabregas. Ia mengajarkan kita bahwa kekalahan bukanlah kegagalan mutlak, melainkan kesempatan untuk menjadi lebih baik. Ia mengajarkan kita untuk tetap berdiri tegak, meski badai menerjang.
Perjalanan Como di Serie A masih sangat panjang. Akan ada banyak tantangan, banyak kekalahan, dan juga banyak kemenangan yang membanggakan. Kita harus tetap berada di belakang tim, memberikan dukungan tak henti-hentinya, seperti yang sudah kita lakukan selama ini. Kekalahan dari Bologna mungkin menyakitkan, tetapi ia juga membuka mata kita. Fabregas telah menunjukkan jalan, dan sekarang tugas kita adalah berjalan bersamanya.
Jadi, mari kita lupakan sejenak kekalahan itu. Mari kita tatap masa depan dengan penuh keyakinan. Seperti yang dikatakan Fabregas, hari ini bukan hari kami, tetapi esok bisa jadi milik kita. Forza Como!