Home » Fabregas Bicara Soal Catenaccio dan Pengaruh Tantangan Melatih di Italia

Fabregas Bicara Soal Catenaccio dan Pengaruh Tantangan Melatih di Italia

oleh Fans Como Indonesia
A+A-
Reset
Fabregas Bicara Soal Catenaccio dan Pengaruh Tantangan Melatih di Italia

Usai sukses membawa Como 1907 mencatatkan lima kemenangan beruntun di Serie A—sebuah pencapaian historis pertama dalam sejarah klub—Cesc Fàbregas memberikan pandangannya mengenai sepak bola Italia, catenaccio, dan tantangan melatih di salah satu liga terbaik di Eropa.

“Sepak bola Italia sangat menantang, menganalisis pertandingan dan meraih kemenangan bukanlah hal yang mudah,” ujar Fàbregas dalam wawancara bersama DAZN. “Seperti yang juga dikatakan oleh pelatih AC Milan, Paolo Fonseca, dan banyak sosok berpengalaman lainnya—bersama La Liga dan Premier League, Serie A merupakan salah satu kompetisi paling kompetitif di dunia.”

Fàbregas, yang memiliki pengalaman panjang bermain di Inggris dan Spanyol sebelum beralih ke dunia kepelatihan di Italia, mengaku banyak belajar dari karakteristik unik Serie A. Salah satu aspek yang ia soroti adalah evolusi dari sistem bertahan tradisional yang pernah mendominasi sepak bola Italia.

“Catenaccio Italia sebenarnya sudah tidak ada. Kini hampir semua tim justru tampil menekan,” ungkap mantan gelandang Arsenal dan Barcelona tersebut. “Hari ini kami harus bermain dengan penguasaan bola karena Parma memilih untuk tidak menekan. Namun, ketika lawan menekan satu per satu, permainan menjadi jauh lebih sulit.”

Catenaccio, yang secara literal berarti “kunci pintu”, merupakan sistem bertahan ikonik yang populer di Italia sejak era 1960-an. Sistem ini mulai dikenal luas berkat kesuksesan AC Milan di bawah komando Nereo Rocco hingga Inter Milan sejak ditangani pelatih Helenio Herrera.

Strategi ini mengutamakan pertahanan gerendel lini belakang dan memanfaatkan serangan balik cepat. Namun, seiring perkembangan sepak bola modern, Serie A mengalami transformasi besar, dengan banyak tim kini mengadopsi filosofi sepak bola menyerang dengan pressing tinggi.

Mengomentari perubahan ini, Fàbregas menjelaskan:

“Solusi dari situasi seperti itu adalah bermain dengan bola panjang dan bertarung memperebutkan bola kedua. Namun, gaya bermain seperti ini pada dasarnya lebih menyerupai tenis atau rugby. Permainan menjadi 50:50. Karena itu, saya selalu berusaha mencari solusi untuk menghindari ketergantungan pada pendekatan seperti ini.”

Ia juga menegaskan pentingnya fleksibilitas dalam filosofi kepelatihan. “Jika suatu saat saya melatih di kompetisi lain, tentu pendekatan yang saya terapkan akan berbeda,” ujarnya.

Salah satu tantangan terbesar, menurut Fàbregas, adalah bagaimana cara timnya keluar dari tekanan lawan. “Pelatih harus mampu menganalisis gaya bermain lawan dan memberikan solusi taktis kepada setiap pemain. Harus ada dinamisme di lini tengah dan pergerakan yang terstruktur. Tanpa itu, akan sangat sulit menghadapi tim-tim yang memiliki kekuatan fisik tinggi.”

Mengakhiri pernyataannya, juara Piala Dunia 2010 bersama Spanyol ini menegaskan betapa berartinya pengalaman melatih di Italia bagi perkembangan pribadinya. “Saya belajar banyak di Italia. Sepak bola di sini telah mengajarkan saya banyak hal yang sangat berharga.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar