Fabregas dan Henry tersenyum. Asa mengembang secara perlahan di Sinigaglia. Como siap bertahan di Serie A.
***
Torino melangkah ke Stadion Giuseppe Sinigaglia dengan penuh percaya diri. Tidak pernah kalah dalam empat pertandingan terakhir di Serie A. Sementara, dari head to head empat pertandingan melawan Como, Torino juga tidak bisa kalah. Alhasil, secara statistik, Como tidak berkutik di hadapan Il Toro.
Akan tetapi, Como, yang dulu masih tertatih-tatih bahkan membayar gaji pemain tidak sanggup, sudah berbeda. Dua pertandingan sebelumnya di Serie A, Como tidak pernah kalah. Bahkan, dalam lawatan terakhir ke markas Monza, Como membabat habis pasukan Alessandro Nesta.
Wajar, asa membumbung tinggi di dada Ikone dan rekan-rekan. Kemenangan tampaknya bisa diraih. Terlebih, performa sang kiper, Butez sedang baik-baik saja. Hanya kebobolan satu gol di tiap pertandingan, kecuali versus AC Milan.
Babak pertama milik Como
Dalam pertandingan versus Torino, Fabregas hanya melakukan satu pergantian di bek kiri. Pemain kawakan Alberto Moreno hadir sebagai pemain utama menggantikan Valle. Selebihnya, Fabregas masih percaya dengan trio lini belakang: Butez, Goldaniga, dan Kempf.
Di lini serang, Paz masih menghuni bangku cadangan. Douvikas masih dipercaya dan dibantu bersama Ikone dan Diao.
Paolo Vanoli datang dengan segudang keyakinan. Adams dipercaya akan mengobrak-abrik lini belakang. Ia dibantu oleh playmaker asal Makedonia Utara, Eljif Elmas. Pemain ini baru saja menyelamatkan Torino dalam pertandingan terakhir melawan Verona.
Ketika peluit berbunyi sebagai tanda babak pertama mulai, kedua kesebelasan masih meraba-raba. Namun, tiba-tiba umpan dari sektor kanan belakang Torino nyaris disambut Linetty pada menit ke-13.
Beruntung, bola hanya menyentuh segelintir rambut sehingga tidak mampu mengubah arah ke gawang Butez.
Como bukannya tidak bereaksi. Mereka hanya bersabar dan untuk kemudian merangsek ke depan menuju gawang Milinkovic-Savic. Akhirnya peluang diperoleh Como via tendangan bebas.
Da Cunha siap mengambil kesempatan itu. Sayangnya, sepakannya bisa dihalau oleh Milinkovic-Savic. Cukup bikin deg-degan dan nyaris suporter Como teriak sekencang-kencangnya.
Akhirnya, suporter Como benar-benar gegap gempita ketika umpan terukur dari Vojvoda berhasil dituntaskan Douvikas. Proses yang menarik dan diakhiri tandukan ciamik. Skor berubah: 1-0. Sinigaglia berpesta di babak pertama.
Elmas on fire
Entah apa motivasi Elmas sehingga ia tampil bak Rafael Vazquez, legenda Torino era 90an di babak kedua. Tercatat, Elmas memiliki tiga peluang emas pada menit 55′, 69′, dan 87′.
Sayangnya, Butez lagi-lagi menunjukkan kepiawaiannya. Pantas saja, Fabregas lebih sering memercayainya di bawah mistar daripada senior Fabregas, Pepe Reina.
Tangan Butez memang bergerak selayaknya penjaga gawang, tetapi ternyata kedua kaki Butez juga mampu menghalau bola layaknya defender. Peluang Gineitis pada menit 57′ adalah buktinya. Berhadapan satu dengan satu, Butez berhasil menghalau sepakan Gineitis dengan kaki kanannya.
Dua peluang yang berdekatan pada menit 55′ dan 57′ nyaris membuat Fabregas menunduk.
Como bukannya tanpa peluang. Goldaniga nyaris mencetak gol dari sepakan pojok. Beruntung mistar gawang masih menyelamatkan Torino. Suporter Como tampaknya belum lega karena skor dengan selisih satu angka masih bisa dikejar Torino.
Dan benar saja. Pemain pengganti Ilic berhasil menceploskan gol ke gawang Butez. Sinigaglia terdiam, tapi tidak dengan Marcenaro, sang pengadil lapangan.
Tampak ada pelanggaran di dalam kotak penalti. Setelah Marcenaro mengecek VAR, ia membatalkan gol dari Ilic. Giliran bangku cadangan Torino yang terdiam. Mereka seakan tidak percaya dengan keputusan wasit.
Tapi, apa boleh bikin. Marcenaro keukeuh dengan keputusannya. Tidak butuh waktu lama, peluit panjang ditiupkan dari mulutnya. Pertandingan berakhir. Suporter Como benar-benar berpesta.
Fabregas dan, Henry yang tampak dari bangku penonton, sangat gembira menyambut hasil akhirnya.
Kemenangan ini membuat Como masih bertahan di papan tengah. Selisih gol mulai menciut dari -9 menjadi -8. Asa untuk tetap berada di Serie A terbuka lebar.
Dengan permainan seperti ini, tampaknya usaha Djarum Group tidak akan sia-sia. Proses panjang dan kesabaran akan terbukti pada akhirnya. Selamat berpesta, Sinigaglia!