Empat kekalahan dari lima pertandingan terakhir di Serie A menjadi awal 2025 yang buruk. Terbaru, Como harus mengakui kedigdayaan Juventus. Como tumbang dari si Nyonya Tua dengan skor tipis 1-2.
Pada dini hari waktu Indonesia (9/2) laga Como vs Juventus sebenarnya tidak berjalan seimbang. Como benar-benar menguasai pertandingan. Hal tersebut tampak dari shoot on goal, shoot of goal hingga ball possession. Bahkan, Como mendapatkan tendangan sudut sebanyak sembilan kali, sementara Juventus hanya sekali saja.
Akan tetapi, efektivitas peluang dari Como berhasil diblok dan disapu oleh kuartet belakang Juventus (Gatti-Veiga-Weah-Savona/Kelly). Terlebih, Di Gregorio layak mendapatkan label man of the match karena berhasil melakukan penyelamatan gawang sebanyak lima kali.
Berbagi Angka pada Babak Pertama
Como mengawali 15 menit awal cukup baik. Trio Strefezza, Nico Paz, dan wonderkid asal Spanyol, Diao cukup sat-set. Beberapa kali pergerakan mereka, terutama Nico Paz dan Strefezza merepotkan barisan pertahanan Juve yang digalang Gatti.
Kredit khusus layak disematkan kepada Strefezza karena determinasi dan effort menuju kotak penalti cukup luar biasa. Umpan silang dan through pass-nya benar-benar bikin Savona limbung. Tidak heran, Savona sempat diganjar kartu kuning. Bahkan, saat babak kedua dimulai, Savona diganti pemain teranyar Juve, Lloyd Kelly.
Nico Paz, seperti biasa, bermain agresif. Satu tendangan dari luar kotak penalti hampir mengoyak jala Juventus pada menit ke-11. Beruntung ketiga jari Di Gregorio menepis bola ke luar hingga berujung ke tendangan sudut.
Bahkan, tak hanya menciptakan shoot on goal. Umpan pendeknya kepada Da Cunha pada pertengahan babak pertama, hampir membikin jala Juventus bergetar. Namun, lagi-lagi The New Superman berhasil menyapu bola.
Como memang menguasai pertandingan, tetapi mereka lupa: ini Juventus, Bung. Mereka baru saja mendapatkan juru gedor baru dari Prancis, Kolo Muani. Ia berhasil mencetak tiga gol hanya dari dua pertandingan awal di Serie A.
Dan benar, Kolo Muani berhasil meneruskan umpan dari Nicolas Gonzalez untuk menjadi gol pertama Juve. Meskipun dibayangi duo bek Como, Dossena dan Goldaniga, Kolo Muani bisa menembak bola dari sudut sempit. Satu untuk si jersey kuning.
Tak ingin malu di hadapan Mirwan Suwarso, salah satu bos Como asal Indonesia, Como langsung menekan. Tidak sia-sia, Diao mampu menceploskan bola dengan kepalanya menjelang akhir babak pertama. Como sedikit lega, Di Gregorio langsung nelangsa. Skor imbang untuk babak pertama.
Penalti Kolo Muani yang Bikin Beda
Pada babak kedua, Juve berbenah. Lima belas menit awal, mereka langsung mengganti ketiga pemain. Douglas Luiz dan Thuram masuk menggantikan Koopmeiners dan el capitano, Locatelli. Lalu, ada Savona yang diistirahatkan dan diganti Kelly.
Meskipun Juve lebih dulu melakukan pergantian pemain, justru Como yang malah mendapatkan kesempatan emas. Umpan pendek dari Diao berhasil ditembak Nico Paz. Sayangnya, lagi-lagi, Di Gregorio memblok tendangan Nico Paz. Bukan dengan tangannya, melainkan kaki kanannya.
Seperti buntu karena selalu patah di tangan dan kaki kiper Juve, Fabregas merespons.
Cutrone, yang malam itu seperti terisolasi, diganti Ikone. Fabregas tampaknya ingin ada penyegaran di lini depan sekaligus upaya lebih ekstra untuk membongkar garis pertahanan Juve.
Masuknya Douvikas, yang menggantikan pencetak gol Como, hampir mengubah jalannya pertandingan. Adu lari dengan Gatti di kotak penalti. Sepersekian detik, Gatti tampak membuang bola dengan dadanya. Namun, Douvikas mengangkat kedua tangannya dan berbalik arah ke wasit.
Dari tayangan ulang, tampak jari manis dan kelingking Gatti yang membuang bola, bukan dadanya. Sayangnya, protes dari anak-anak Como tidak digubris oleh Abisso, sang wasit. Barangkali, tangan Gatti dianggap pasif olehnya sehingga bukan hal yang menjadi masalah.
Gatti, yang selalu bermain ngotot tapi tanpa visi, justru mengundang penalti. Duel udara antara penjaga gawang Butez dan Gatti berhasil dimenangkan pemain nomor empat itu. Kepala Gatti dihantam dengan “baik” oleh Butez. Seketika hampir seluruh pemain Juve yang berada di kotak penalti teriak dan mengangkat tangan.
“Penalti, Sit!”
“Pelanggaran, Sit!!”
“Iki penalti, Cuk!!!”
Kira-kira begitulah teriakan pemain-pemain Juve apabila dialih bahasa-kan Indonesia dan Jawa. Tanpa ragu, Abisso menunjuk titik putih. Semenit menjelang babak tambahan waktu, Kolo Muani menjalankan perannya sebagai eksekutor penalti. Gol. Como tertinggal satu gol dari Juve.
Como langsung tancap gas. Sepakan sudut terakhir hampir membuat Di Gregorio memungut bola. Beruntung tandukan Dossena hanya menyentuh mistar gawang. Juve masih selamat sementara wajah-wajah pemain Como semburat. Como pun tumbang di Stadion Giuseppe Sinigaglia.
Lima menit babak tambahan waktu tidak mampu menyelamatkan muka Fabregas. Meskipun tampak tersenyum saat bersalaman dengan para pemain, kekalahan tetap kekalahan.
Juve Menuju Papan Atas, Como Masih “Nyaman” di Papan Tengah
Juve berhasil merangkak ke peringkat empat. Sementara Como tetap di peringkat lima belas. Awal bulan Februari tampaknya tidak bersahabat bagi Como, yang tumbang tiga kali beruntun.
Como perlu berbenah. Fabregas harus membuat resep ampuh seperti kemenangan telak Como atas Udinese, Januari silam. Jika tidak, Empoli, Cagliari, dan Parma siap mencungkil posisi Como.
Entah racikan seperti apa yang akan dibuat Fabregas. Sementara laga pekan depan, Como harus menghadapi Fiorentina. Klub yang baru saja menghempaskan Inter Milan dengan skor telak, 3-0.
Pertandingan selanjutnya, tidak akan mudah. De Gea sedang menuju top performance. Begitu pula dengan Moise Kean yang semakin trengginas. Belum lagi pekan depan berikutnya menghadapi pemuncak klasemen, Napoli.
Ah, Februari yang kelam bagi Como.