Home » Dele Alli dan Penyesalannya Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua

Dele Alli dan Penyesalannya Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua

oleh Rizky Prasetya
A+A-
Reset
Dele Alli dan Penyesalannya Tidak Mendengarkan Nasihat Orang Tua

Saya tahu, dinasihati orang tua itu terkadang menyebalkan. Terutama saat masih muda. Kalau bisa, saya ingin menyumpal mulut mereka. Tapi itu dulu. Kini saya menyesal kenapa melewatkan banyak petuah. Dan saya yakin, Dele Alli pun merasakan apa yang saya rasakan.

Mourinho pernah berkata pada Alli, “One day, i think you will regret if you don’t reach what you can reach.” Tentu saja kita tahu bahwa Alli tidak mendengarkannya. Sebab, tulisan ini tak akan pernah muncul jika Alli mendengarkan Mourinho. Well, Mou mungkin bukanlah orang yang menyenangkan, tapi apa yang dia katakan, kerap menemui kebenaran.

Dele Alli tidak meraih apa yang seharusnya bisa dia raih. Beberapa tahun lalu, kita mungkin mengira Alli akan dalam satu percakapan bersama Mbappe, Vini, Bellingham, Haaland, dan deretan pemain muda lainnya yang kini menguasai dunia. Alli terlalu hebat untuk tidak kita perhatikan. Dia, terlalu meyakinkan untuk kita ragukan.

Tapi lihat karier dia kini. Dia berpindah klub jauh lebih cepat ketimbang Louis Litt memaki karyawannya. Alli jauh dari apa yang disebut sebagai kesuksesan. Kata pesakitan, bahkan kelewat lebih baik. Intinya, dia gagal. Jauh dari proyeksi orang-orang padanya.

One day, i think you will regret if you don’t reach what you can reach.

Mourinho

Membicarakan Dele Alli, Sama Saja Membicarakan Kegagalan

Hidup Dele Alli begitu berat. Saya tak mau membicarakan detailnya. Sila cek dalam siniar The Overlap bersama Gary Neville. Saya sarankan, jika kalian sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, jangan pernah mendengarkan siniar tersebut. Jangan.

Kita tahu, masa lalu yang berat, hidup yang berat, efeknya ada dua. Jika kau berhasil melewatinya, hidup yang lebih baik menanti. Jika tidak, kau akan terjerembab, makin lama makin dalam. Pertanyaannya, apakah jika gagal, dalam kasus ini Dele Alli, berarti dia lemah? Tentu saja tidak.

Engkau tidak tahu rasanya dihantui perasaan mengerikan yang tepat di belakang tengkukmu. Perasaan itu, siap menggorok lehermu kapan saja, menunggumu lengah. Orang terkuat di dunia pun ada lengahnya.

Mungkin karena itulah karir Dele Alli tidak meroket. Tidak sesuai ekspektasi. Tidak menjadi versi terbaik yang orang dan yang dia inginkan. Kita tidak tahu rasanya menjadi Dele Alli. Kita tidak pernah tahu, dan mungkin tak mau tahu.

Tapi yang saya yakini, terowongan pasti punya ujung. Yang perlu kita lakukan adalah berjalan selangkah, demi selangkah, hingga secercah cahaya itu menerangi ujung kaki.

Como Memang Jarang Menang, tapi Como Juga Tidak Pernah Menyerah

Como 1907 menyita perhatian banyak orang dalam sekejap. Jalan Como bagaikan jalan tetanggamu, anak baik-baik yang selalu dibanding-bandingkan denganmu. Mulus, dan berlaga di Serie A, takhta tertinggi di Italia.

Meski Como 1907 masih terseok-seok di papan bawah, tapi ia menegaskan bahwa Como bukanlah tim semenjana yang biasa saja. Dengan kepiawaian mereka menggaet orang penting di jajaran kepelatihan macam Fabregas, Como berhasil menarik talenta-talenta yang pernah memukau mata kita.

Kita tentu tahu Pepe Reina, Belotti, dan Audero. Meski nama terakhir kita kenal karena kontroversi, tapi tidak bisa dipungkiri, dia adalah nama yang mentereng. Belum ditambah Nico Paz, produk paling mengkilap yang Madrid miliki, tapi memilih pergi (saya akan bahas lain kali) dan berlabuh ke Como.

Sempat ada nama Varane, yang sayangnya memilih pensiun karena cedera memang tak bisa diajak bercanda. Tapi apa pun itu, Como 1907 membuktikan bahwa mereka boleh kecil, tapi tidak bisa dianggap sebegitu kecil.

Intinya, Como 1907 begitu mengilap, hingga siapapun akan merasa silau. Dan sinarnya, mungkin menyentuh kaki Dele Alli.

Dele Alli, kini memulai perjalanannya bersama Como 1907. Betul, ini perjalanan dia yang kesekian kalinya. Kita bahkan tidak tahu, apakah dia akan serius bermain. Tapi, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Kita pernah memprediksi Alli akan menjadi dewa di puncak Olympus, tapi justru dia kini berada di kerak alam baka bersama Hades. Lalu, siapa yang bisa menjamin dia akan gagal bersama Como 1907?

Kilau Como 1907, tim yang kini dia tuju, mungkin akan mengingatkan dia seberapa jauh dia bisa berlari. Mungkin saja dia terlahir kembali di tim ini, sambil mengingat hal yang dia cintai. Saya tak bisa memprediksi apa pun. Tapi, optimis tidak ada salahnya, sekalipun dunia ini hanya memberi ruang untuk para pesimis.

Seperti yang saya bilang tadi, terowongan selalu punya ujung. Gelap yang Alli lihat, mungkin akan berakhir ketika dia merumput bersama Como. Masa depan hanya milik ketidakpastian, dan biarlah Alli yang menentukan ketidakpastiannya sendiri.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar