Home » Como 1907 vs Atalanta: Sayap Milik Tim Papan Atas yang Tak Terpatahkan

Como 1907 vs Atalanta: Sayap Milik Tim Papan Atas yang Tak Terpatahkan

oleh Sandy Bekti Nugraha
A+A-
Reset
Como 1907 vs Atalanta: Sayap Milik Tim Papan Atas yang Tak Terpatahkan

Bermain di kandang sendiri, Como menjamu tamu tangguh dari papan atas Serie A, Atalanta. Dengan kepercayaan diri yang melambung usai kemenangan besar di laga sebelumnya kontra Udinese 4-1, Como bertekad mempertahankan tren positif mereka.

Di sisi lain, Atalanta datang dengan tekad bangkit setelah kekalahan pahit dari pemuncak klasemen Serie A, Napoli 2-3. Walaupun dengan status tim papan tengah, tim besutan Cesc Fabregas tetap mempertahankan gaya bermain menyerang bahkan sejak bola pertama kali ditendang.

Duel pressing tinggi dan adu jago di area pertahanan disuguhkan oleh kedua tim sepanjang separuh babak pertama. Pressing yang dilakukan Como akhirnya berbuah hasil pada menit 30. Berawal dari pressing yang dilakukan pada Zappacosta, yang mampu dihadang oleh tiga pemain Como di sayap kanan pertahanan Atalanta.

lau berhasil direbut oleh Lucas da Cunha dengan cepat dialirkan pada Alieu Fadera dan langsung mengirimkan umpan tarik yang berhasil di eksekusi dengan baik oleh Nico Paz. Tanpa kawalan di dalam kotak penalti, Nico Paz dengan sempurna membidik pojok kiri atas gawang yang dikawal Carnesecchi.

Walaupun tidak mendominasi secara posession ball, 8 tembakan dengan 4 on target berhasil dilakukan oleh tim rumah yang menunjukan I Lariani lebih agresif sepanjang babak pertama dibanding Atalanta yang hanya mampu melakukan 1 tembakan itu pun dilakukan dari area yang tidak berbahaya. Perpaduan antara pressing yang disiplin dan pertahanan yang solid, membuat Cesc Fabregas bisa sedikit tersenyum saat memasuki ruang ganti.

Bermain Tanpa penyerang

Como turun dengan formasi dasar 4-2-3-1. Jean Butez kembali mengawal pos penjaga gawang. Moreno mengisi bek kiri, duet Kempf-Alberto Dossena untuk bek tengah, dan kali ini Engelhardt ditarik lebih dalam dan melebar untuk area kanan pertahanan. Sentuhan berbeda yang dilakukan oleh Cesc pada laga ini dengan mempercayakan duet Máximo Perrone dan Lucas da Cunha untuk mengatur lini tengah. Nico Paz dan Gabriel Strefezza secara bergantian mengisi posisi 10 yang didukung oleh Alieu Fadera dan Assane Diao di area sayap. Pada laga kali ini, Cesc memilih bermain tanpa penyerang murni.

Cesc berusaha untuk memenangkan duel lini tengah dengan menempatkan empat gelandang sekaligus. Taktik ini juga mampu mengakomodir pressing yang dilakukan oleh Como dengan overload di salah satu sayap pertahanan lawan ketika fase bertahan. Pendekatan yang dilakukan oleh Cesc berhasil membuat Atalanta kewalahan di babak pertama. Gelandang tim asuhan Gasperini kesulitan mendistribusikan bola sehingga minim peluang yang diciptakan.

Menyadari tidak superior di lini tengah, pada babak kedua Gasperini menginstruksikan anak asuhannya untuk terus mengeksploitasi sayap pertahanan Como. Terutama pos pertahanan kanan yang diisi oleh Engelhardt. Atalanta langsung menambah daya gedor dengan memasukan Marco Brescianini dan Matteo Ruggeri. Tak membutuhkan waktu lama,  kedua pemain tersebut langsung memberikan efek instan pada menit 56. Umpan silang yang diberikan Marco Brescianini dari sayap kiri berhasil dikonversi menjadi gol oleh Matteo Ruggeri. Setelah gol penyama kedudukan, Atalanta bermain lebih agresif dengan terus melancarkan serangan dari sayap pertahanan Como.

Bermain tanpa penyerang murni, membuat Como kesulitan melancarkan serangan balik. Nico Paz dan Strefezza lebih sering membantu pertahanan yang mengakibatkan penyerangan menjadi terhambat. Praktis, pos penyerangan hanya diisi oleh Alieu Fadera atau Assane Diao secara bergantian. Situasi ini membuat opsi penyerangan menjadi sempit. Cesc merespon dengan memasukan sang top scorer, Patrick Cutrone menggantikan Gabriel Strefezza untuk menjadi ujung tombak Como dan menarik Máximo Perrone digantikan Maxence untuk tetap menyeimbangkan lini tengah pada menit 68.

Hilang Fokus

Satu menit setelah pergantian pemain, area pertahanan Como kehilangan fokus. Ederson berhasil menyodorkan bola dari yang diterima dengan baik oleh Lookman dan berhasil menggandakan kedudukan. Beruntung gol dianulir karena offside. Belum genap satu menit setelah gol dianulir, Atalanta kembali menggempur pertahanan Como. Kali ini, Atalanta benar-benar berhasil menggandakan keunggulan. Marco Brescianini kembali mengeksploitasi area kanan pertahanan Como dan berhasil mengirimkan umpan manis tepat di kaki Matteo Ruggeri. 1-2 untuk keunggulan Atalanta pada menit 70.

Cesc merespon kembali dengan menambah juru gedor Belotti yang menggantikan pemain bertahan Marc Kempf pada menit 74. Arah serangan mulai mengarah ke gawang Atalanta. Como mulai meningkatkan intensitas penyerangan. Namun bukan gol bagi Como yang terjadi, justru Atalanta hampir berhasil menambah keunggulan lewat counter attack Charles De Ketelaere sebelum Video Assistant Referee (VAR) menganulir gol tersebut karena dianggap handball.

Kendati Como terus menggempur pertahanan Atalanta dan menciptakan beberapa peluang, sayangnya tidak ada lagi gol tambahan, kedudukan bertahan hingga peluit panjang dibunyikan. Kekalahan ini membuat Como tertahan di peringkat 13 dengan perolehan 22 poin sementara di klasemen Serie A.

Lagi-lagi Nico Paz!

Di tengah pahitnya kekalahan yang ditelan Como, terdapat satu nama yang patut diberi apresiasi, yakni Nico Paz. Pemain muda berusia 20 tahun ini kembali menunjukkan performa gemilang yang membuatnya semakin menjadi sorotan.

Nico berhasil mencetak gol pembuka untuk Como, sebuah penyelesaian apik yang membuktikan insting tajamnya di depan gawang. Lebih dari itu, ia mencatatkan dirinya sebagai pemain yang paling sering melepaskan tembakan sepanjang laga, dengan total 8 kali percobaan—terbanyak di antara kedua tim.

Tak hanya agresif dalam menyerang, Nico juga memperlihatkan ketangkasan dalam duel satu lawan satu. Ia menjadi pemain dengan dribble terbanyak, mencatatkan 5 kali dribble sukses dengan tingkat keberhasilan mencapai 80%. Angka ini membuktikan bahwa Nico adalah ancaman nyata bagi pertahanan lawan.

Penampilan konsisten seperti ini tentu menjadi kabar baik bagi Como. Seiring berjalannya waktu, permainan Nico terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Namun, penting bagi para pendukung Como untuk memberikan ruang bagi pemain muda ini berkembang tanpa membebani dengan ekspektasi yang berlebihan.

Ingatlah, Nico Paz baru berusia 20 tahun!

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar