Home » Como 1907 Punya Skuad Paling “Bongsor” di Eropa, Apa yang Sebenarnya Diinginkan Pelatih Cesc Fàbregas?

Como 1907 Punya Skuad Paling “Bongsor” di Eropa, Apa yang Sebenarnya Diinginkan Pelatih Cesc Fàbregas?

oleh Fans Como Indonesia
A+A-
Reset
Como 1907 Punya Skuad Paling "Bongsor" di Eropa, Apa yang Sebenarnya Diinginkan Pelatih Cesc Fàbregas?

Musim panas tahun ini seharusnya menjadi momen perayaan bagi Como 1907 dan para pendukung setianya. Setelah lebih dari dua dekade, tim dari tepi Danau Como ini akhirnya kembali ke kasta tertinggi sepak bola Italia, Serie A. Namun, di balik euforia promosi, sebuah realita unik muncul yang membuat Como menjadi sorotan bukan hanya di Italia, tetapi juga di seluruh Eropa.

Laporan dari Sky Sport pada medio Juli lalu mengungkap data mengejutkan: Como 1907 adalah klub dengan skuad paling gemuk kedua di antara kontestan lima liga top Eropa, dengan 44 pemain yang memadati ruang ganti dan total nilai pasar mencapai angka fantastis 248 juta euro. Hanya berada satu level di bawah Chelsea sebagai skuad paling gemuk dengan 46 pemain.

Jumlah ini membuat Como, sebuah klub promosi yang baru saja kembali dari Serie B, memiliki skuad yang lebih besar dari banyak raksasa benua, memicu pertanyaan besar: apakah ini adalah tanda ambisi tanpa batas atau justru sebuah masalah manajemen yang rumit?

Untuk para suporter Como di Indonesia, fenomena ini adalah cerminan dari era baru yang penuh tantangan, di mana Cesc Fàbregas, sang pelatih, ditugaskan untuk meracik sebuah tim yang efektif dari “kolam” pemain yang terlalu besar.

Skuad Paling Gemuk: Antara Ambisi dan Kerumitan

Argumentasi tentang Como sebagai klub dengan skuad paling gemuk tidak bisa dilepaskan dari kombinasi antara ambisi besar dan keharusan logis. Skuad yang membengkak ini merupakan hasil dari berbagai faktor yang bertemu di satu titik.

Sejumlah besar pemain yang sukses membawa Como promosi dari Serie B dipertahankan, sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras mereka. Namun, tidak semua dari mereka memiliki kualitas yang memadai untuk bersaing di level Serie A, menciptakan kelebihan jumlah tanpa jaminan kualitas merata.

Kepemilikan yang kuat dari Djarum Group memungkinkan Como melakukan “belanja gila-gilaan” di bursa transfer. Tujuan utama mereka jelas: mendatangkan pemain-pemain berpengalaman dan berkelas untuk memastikan tim tidak langsung terdegradasi. Hasilnya adalah kedatangan pemain-pemain yang secara nilai pasar mengangkat Como, tetapi juga membuat tim menjadi sangat padat.

Selain pemain bintang, Como juga merekrut sejumlah pemain muda berbakat dan pemain pinjaman yang dianggap sebagai investasi masa depan. Penambahan ini, meski strategis, tetap menambah angka pemain dalam daftar skuad.

Dengan 44 pemain, Como dihadapkan pada dilema. Dari sisi positif, skuad yang gemuk menawarkan kedalaman yang luar biasa. Fàbregas memiliki banyak opsi di setiap posisi, memungkinkan rotasi, penanganan cedera, dan adaptasi taktik tanpa mengorbankan kualitas.

Sebaliknya, sisi negatifnya jauh lebih menakutkan. Mengelola 44 karakter dengan ambisi yang berbeda adalah tugas yang sangat berat. Sebagian besar pemain akan menghabiskan waktu di bangku cadangan atau bahkan di tribun, yang dapat memicu ketidakpuasan, mengganggu keharmonisan tim, dan melemahkan semangat juang. Alih-alih menjadi kekuatan, skuad yang terlalu besar bisa menjadi beban mental bagi para pemain dan juga pelatih.

Kedatangan Para Bintang dari Bursa Transfer Musim Panas

Bursa transfer musim panas 2024 menjadi saksi bisu dari ambisi Como. Klub seolah tak henti-hentinya mengumumkan kedatangan nama-nama besar yang membuat dunia sepak bola terkejut. Langkah ini menegaskan bahwa Como tidak datang ke Serie A hanya untuk numpang lewat.

Berikut adalah beberapa nama besar yang didatangkan Como, menandakan bahwa mereka serius dalam membangun tim kompetitif:

  • Raphael Varane (Manchester United): Bek tengah yang sarat pengalaman dan gelar juara Liga Champions serta Piala Dunia. Kedatangannya menjadi pernyataan paling kuat dari ambisi Como.
  • Sergi Roberto (Barcelona): Gelandang serbaguna yang telah menghabiskan seluruh kariernya di Camp Nou. Kemampuannya bermain di berbagai posisi akan sangat berharga bagi Fàbregas.
  • Pepe Reina (Villarreal): Kiper veteran yang sudah malang melintang di Serie A. Pengalamannya akan menjadi mentor penting bagi penjaga gawang lainnya.
  • Andrea Belotti (AS Roma): Striker timnas Italia yang dikenal dengan etos kerjanya. Belotti didatangkan untuk menjadi ujung tombak andalan di lini depan.
  • Alberto Dossena (Cagliari): Bek tengah yang solid dan memiliki performa impresif di musim sebelumnya.
  • Emil Audero (Sampdoria): Kiper yang juga memiliki pengalaman di Serie A, didatangkan untuk memperkuat pos di bawah mistar.

Selain itu, Como juga mendatangkan pemain-pemain berkualitas lain seperti Yannik Engelhardt (Fortuna Düsseldorf), Gabriel Strefezza (Lecce), Alieu Fadera (KRC Genk), dan dua pemain pinjaman, Maximo Perrone (Manchester City) serta Luca Mazzitelli (Frosinone).

Di sisi lain, untuk mengurangi kepadatan skuad, Como juga melepas beberapa pemain. Meskipun belum sebanding dengan jumlah pemain yang masuk, penjualan dan peminjaman ini adalah langkah awal yang krusial. Beberapa pemain yang dilepas antara lain:

  • Adrian Semper: Kiper yang dijual ke Pisa.
  • Cas Odenthal: Bek yang dilepas ke Sassuolo.
  • Beberapa pemain lainnya seperti Luca Vignali, Tommaso Arrigoni, dan Matteo Solini juga dipindahkan ke klub lain.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa meskipun Como ambisius, mereka juga realistis dalam mengelola skuad. Namun, jelas terlihat bahwa pekerjaan rumah terbesar masih menanti: merampingkan tim.

Misi Cesc Fàbregas: Merampingkan Tim dengan Strategi

Tugas terberat saat ini tidak lagi ada di tangan direktur olahraga, tetapi di pundak Cesc Fàbregas. Momen transfer memang telah usai, namun tantangan sesungguhnya baru saja dimulai. Dikabarkan pula Fabregas sampai tidak tidur dua malam untuk mengatur komposisi tim. Ia harus mengambil keputusan sulit dan menentukan nasib sejumlah pemain.

Sebagai mantan pemain top yang pernah merasakan ruang ganti penuh bintang di Barcelona dan Arsenal, Fàbregas sangat memahami bahwa harmoni tim lebih penting dari sekadar jumlah pemain. Skuad ideal baginya mungkin berkisar di angka 25-28 pemain, jumlah yang jauh lebih sedikit dari yang ia miliki saat ini.

Strategi yang diambil Fàbregas untuk merampingkan tim diantaranya memanfaatkan pertandingan pramusim untuk melakukan evaluasi intensif. Setiap pemain diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka. Namun, keputusan akhir akan dibuat berdasarkan kesesuaian taktik dan kebutuhan tim di Serie A.

Fàbregas dikenal sebagai pelatih yang transparan. Ia tidak akan membiarkan pemainnya berada dalam ketidakpastian. Ia berencana melakukan pertemuan tatap muka dengan setiap pemain yang tidak masuk dalam rencananya untuk musim ini. Tujuan utamanya adalah menjelaskan alasan di balik keputusan dan membantu mereka mencari klub baru yang dapat memberikan menit bermain.

Merampingkan skuad adalah upaya kolektif. Fàbregas bekerja erat dengan manajemen klub untuk mencari solusi terbaik bagi pemain yang akan dilepas, baik melalui transfer permanen atau skema pinjaman.

Misi Fàbregas bukan hanya sekadar mengurangi jumlah pemain, tetapi juga menanamkan budaya baru yang kompetitif namun suportif. Ia harus memastikan bahwa setiap pemain yang tersisa di dalam skuad benar-benar merasa menjadi bagian penting dari proyek ini. Jika berhasil, skuad Como yang kini “gemuk” bisa bertransformasi menjadi tim yang solid, siap menghadapi kerasnya Serie A.

Ini adalah periode yang penuh tantangan sekaligus janji bagi Como. Apakah skuad besar mereka akan menjadi sumber kekuatan atau justru kelemahan? Hanya waktu dan kejelian Fàbregas yang akan menjawabnya.

Artikel Terkait