Home » Cesc Fabregas Kembali Sadarkan Antonio Conte Seperti Waktu di Chelsea, Bedanya Dulu sebagai Pemain Berprestasi, Sekarang sebagai Pelatih!

Cesc Fabregas Kembali Sadarkan Antonio Conte Seperti Waktu di Chelsea, Bedanya Dulu sebagai Pemain Berprestasi, Sekarang sebagai Pelatih!

oleh Iklil Mara Abidyoga
A+A-
Reset
Cesc Fabregas Kembali Sadarkan Antonio Conte Seperti Waktu di Chelsea, Bedanya Dulu sebagai Pemain Berprestasi, Sekarang sebagai Pelatih!

Cesc Fabregas bersama Como menjadi batu pengganjal tim Antonio Conte, Napoli, dalam perburuan gelar Serie A 2024/2025. Own goal dari Amir Rrahmani dan gol kemenangan yang dicetak oleh Youngster Como, Assane Diao, mengunci kemenangan 2-1 I Lariani atas Partenopei.

Kekalahan ini membuat Napoli harus rela turun dari tahta pemuncak klasemen sementara Serie A yang kemudian diambil alih oleh pesaing mereka, Inter Milan.

Selain itu, kekalahan ini juga seolah menjadi momen bagi Fabregas untuk menyadarkan Conte akan ‘eksistensinya’. Seperti yang sudah diketahui oleh khalayak umum, Fabregas adalah mantan anak asuh Conte saat masih di Chelsea. Sejak awal musim, Fabregas juga sudah menanti laga untuk melawan mantan mentornya tersebut.

Fabregas mengakui bahwa mereka memiliki hubungan yang baik. Pemain jebolan La Masia tersebut juga mengakui kehebatan Conte dalam melatih sebuah klub. Dan oleh karena itu, Fabregas juga menyebut bahwa pernikahan antara Napoli dan Conte akan berjalan sempurna.

Meski begitu dibalik kekaguman Fabregas dengan Conte, ada friksi di antara mereka berdua yang pernah terjadi.

Gesekan tersebut pernah terjadi saat mereka untuk pertama kalinya bekerja bersama di Chelsea.

(Disclaimer: friksi yang terjadi tidak sebesar gesekan antara Conte dengan Diego Costa yang sampai membuat striker Spanyol keturunan Brazil tersebut meninggalkan Chelsea).

Friksi antara Fabregas dengan Conte

Saat Conte datang ke Chelsea, Cesc Fabregas sudah ada di sana terlebih dahulu sebagai salah satu pemain reguler di lini tengah The Blues.

Dibeli dari Barcelona seharga 33 juta euro, Fabregas berhasil mempersembahkan satu gelar Premier League musim 2014/2015 saat masih dilatih Jose Mourinho. Oleh karena itu posisi Fabregas di lini tengah Chelsea menjadi salah satu yang sangat vital.

Tapi, Conte yang notabene sebagai pelatih yang berkarakter keras memiliki caranya tersendiri untuk meramu sebuah tim. Terlebih lagi di musim sebelumnya saat Leicester City mengambil alih tahta juara Premier League dari Chelsea, The Blues terperosok di peringkat ke-10 klasemen akhir musim. Sebuah alasan kuat bagi Conte untuk melakukan revolusi di dalam internal skuad Chelsea.

Dengan tangan besinya, Conte mengubah pakem formasi yang biasanya dipakai Chelsea dari 4-3-3 menjadi 3-4-3. Ia juga meminta manajemen untuk membeli gelandang asal Prancis, N’Golo Kante, yang lebih sesuai dengan filosofi bermainnya. Kedatangan Kante membuat posisi Fabregas di skuad Chelsea menjadi terancam.

Conte sendiri mengatakan langsung kepada Fabregas bahwa ia tidak akan memainkannya. Hal tersebut dibuktikan dengan Conte yang lebih memilih untuk memainkan double pivot, Nemanja Matic-N’Golo Kante.

Dari 15 pertandingan awal di Premier League musim 2016/2017, Fabregas juga cuma bermain dalam enam pertandingan saja.

Spekulasi kepergian Fabregas pun kian mencuat. Eks kapten Arsenal itu juga mengaku bahwa dirinya khawatir akan didepak Chelsea. Hanya ada dua pilihan bagi Fabregas yang tidak bermain dan tidak masuk rencana klub, yakni pergi mencari klub lain atau bertahan. Fabregas memilih opsi yang kedua.

Dengan kerendahan hati, Fabregas menerima nasibnya. Meski menyandang nama besar yang sudah sukses di banyak klub bahkan juga pernah memenangkan Piala Dunia bersama Spanyol di tahun 2010, gelar dan prestasi tersebut tak membuatnya besar kepala.

Ia tak mencoba memprovokasi Conte yang barangkali jika friksi tersebut terjadi di era sepak bola sekarang, maka para pemain akan melakukannya.

Pembuktian Fabregas di Hadapan Conte

11 Desember 2016, menjadi hari di mana Conte tersadarkan. Laga berjalan sulit bagi Chelsea yang masih bermain imbang 0-0 sampai menit ke-70 melawan West Bromwich Albion.

Para pemain Chelsea tampak frustasi untuk membongkar pertahanan WBA demi mencetak gol. Sampai salah satu pemain mereka yang paling bengal, Diego Costa, meminta langsung pada Conte untuk memasukkan Fabregas.

Sebuah momen yang tak lazim bagi seorang pelatih yang diperintah oleh pemainnya sendiri. Awalnya, Conte yang terkenal keras kepala bersikap masa bodoh dan pura-pura tidak mendengar ucapan Diego Costa. Sampai pada akhirnya setelah dua menit berselang, Conte memasukkan Cesc Fabregas ke lapangan.

Tak butuh waktu lama setelah Fabregas masuk, Chelsea berhasil mencetak gol. Dan assist dari gol yang dicetak oleh Diego Costa tersebut tak lain dan tak bukan lahir dari kaki ajaib Cesc Fabregas.

Berkat satu gol tersebut, Chelsea berhasil menang 1-0 dan menambah tiga poin berharga dalam perburuan gelar mereka.

Sejak saat itu, Fabregas reguler bermain untuk Chelsea era Conte. Di akhir musim, Fabregas sukses mengemas 7 gol dan 15 assist dari 38 laga yang dimainkannya. Chelsea juga berhasil menjuarai Premier League di akhir musim.

Kerja keras Fabregas berhasil menyadarkan Conte bahwa ia memang benar-benar dibutuhkan.

Akhir tahun 2017, Conte memuji Fabregas di depan para awak media, “Jika Cesc tak berlari 100 meter dalam 10 detik, aku bisa memakluminya, karena dia adalah seorang jenius dengan bola. Kecepatannya ada di dalam kepalanya,” ujar Antonio Conte melansir dari Eurosport.

Sebuah happy ending dari hubungan spesial antara Fabregas dengan mantan mentor yang sangat dihormatinya, Antonio Conte. Dan sekali lagi, Fabregas kembali menyadarkan Conte akan eksistensinya di dunia sepak bola. Kali ini tidak dari dalam lapangan, melainkan dari posisi yang sama dengan Conte, yakni pinggir lapangan.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar