Home » Catenaccio: Taktik Membosankan di Era Sepak Bola Modern

Catenaccio: Taktik Membosankan di Era Sepak Bola Modern

oleh Fans Como Indonesia
A+A-
Reset
Catenaccio: Taktik Membosankan di Era Sepak Bola Modern

Dalam sepak bola modern, evolusi tidak hanya terjadi pada aturan semata tetapi perkembangan taktik dan teknik permainan. Sepak bola modern menekankan pada taktik permainan yang lebih kompleks, seperti teknik individu pemain serta kerja sama tim yang lebih harmonis. Teknik individu pemain lebih sering kita lihat pada pemain-pemain yang berasal dari Brazil dengan Jogo Bonitonya, seperti Ronaldinho, Robinho, Alexandre Pato, Neymar, hingga Antony dos Santos.

Sedangkan untuk kerja sama tim, kita mengenal istilah Tiki Taka yang dipelopori oleh Johan Cruyff saat melatih Barcelona. Taktik ini lebih mengedepankan gaya permainan umpan pendek, pergerakan pemain, penguasaan bola, dan mobilitas tinggi. Tiki Taka sendiri sangat kental dengan Barcelona dan menjadi salah satu gaya bermain yang sangat disukai di era sepak bola modern.

Walaupun taktik dan teknik permainan pada sepak bola modern berkembang, terdapat satu taktik legendaris yang sampai saat ini masih digunakan khususnya di Liga Italia, yaitu Catenaccio. Taktik ini sangat ikonik dan sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah sepak bola. Dengan memfokuskan pada pertahanan yang ketat, taktik  ini justru dianggap membosankan di era sepak bola modern.

Hal ini dikarenakan taktik ini hanya mengandalkan pertahanan yang kuat, fokus penjagaan pemain (man to man-marking), dan serangan balik cepat. Catenaccio sendiri berasal dari bahasa Italia yang berarti “gerendel” atau “pengunci pintu” sehingga dapat diartikan sebagai pertahanan yang kokoh dan sulit ditembus oleh lawan.

Taktik Catenaccio sebenarnya tidak berawal dari Italia melainkan dari Swiss yang dikembangkan oleh Karl Rappan, pelatih asal Austria yang menangani tim nasional Swiss dan klub Servette FC di tahun 1930-an. Karl Rappan memperkenalkan sistem “verrou” dalam bahasa Prancis yang berarti “kunci” dengan menempatkan satu pemain di belakang barisan bek (libero modern) untuk menyapu bola atau menjadi pemain terakhir yang menjegal lawan.

Dianggap Usang, Tapi Jadi Taktik Legendaris Yang Efektif

Perkembangan taktik ini kemudian mulai dikenal secara luas ketika diadaptasi oleh pelatih Inter Milan, Helenio Herrera pada tahun 1960-an. Ia menyempurnakan taktik tersebut dengan pendekatan yang lebih sistematis untuk sepak bola Italia hingga kita mengenalkan sebagai Catenaccio. Penyempurnaan taktik tersebut membuahkan hasil yang cukup signifikan dan menjadikan Inter Milan sebagai klub dengan kekuatan dominan di Eropa.

Dengan taktik Catenaccio yang diterapkan oleh Helenio Herrera, Inter Milan berhasil menjuarai Serie A (1963, 1965, 1966), European Cup (1964, 1965) dan Intercontinental Cup (1964, 1965). Bahkan Inter Milan di juluki sebagai “La Grande Inter” pada masa kejayaan tersebut. Walaupun dianggap sebagai taktik yang usang, Catenaccio masih digunakan dan jadi taktik legendaris yang efektif.

Prinsip dasar Catenaccio dengan pertahanan yang kuat masih bertahan di era sepak bola modern dalam berbagai bentuk seperti taktik Low Block & Mid Block Defending, Park The Bus ala Jose Mourinho, dan Taktik Diego Simeone di Atletico Madrid. Ini menjelaskan jika taktik Catenaccio masih jadi pilihan dan efektif walau dianggap usang.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar