Home » Como 1907 VS AC Milan: Asa Kemenangan Sirna oleh Comeback Tim Tamu

Como 1907 VS AC Milan: Asa Kemenangan Sirna oleh Comeback Tim Tamu

oleh Haekal Akbar
A+A-
Reset
Como 1907 VS AC Milan: Asa Kemenangan Sirna oleh Comeback Tim Tamu

Dengan dukungan moril bermain di hadapan pendukungnya sendiri, Como tampak percaya diri menampilkan permainan terbuka sejak peluit pertama ditiup wasit Gianluca Manganiello. Meski melawan Milan yang notabene memiliki kualitas pemain jauh diatas Como, Cesc Fabregas menginstruksikan para pemainnya untuk melakukan build-up umpan pendek kombinasi untuk melepaskan diri dari pressing tinggi Milan. Ditambah kombinasi umpan silang cepat memanfaatkan lebar lapangan, strategi permainan menyerang yang ditunjukkan Patrick Cutrone, dkk terbukti efektif membongkar pertahanan Milan.

45 menit pertama pun membangkitkan asa bagi Como untuk meraih poin. Dua sisi sayap dimanfaatkan sebagai jalur serangan I Lariani. Duet sayap Alieu Fadera dan sang wajah baru Assane Diao lewat dribbling lincah juga pergerakan luwes tanpa bola sering merepotkan pertahanan I Rossoneri. Sebagai motor kreativitas tim, Gabriel Streffeza berhasil menjalankan perannya lewat suplai-suplai bola ciamik ke lini depan. Como tampak tak kesulitan membawa bola ke sepertiga akhir Milan.

Namun seperti yang terjadi di laga-laga sebelumnya, penyakit kronis masih menghantui Como: kesulitan mengkonversi peluang. Dari 5 tendangan hanya dua on target, itupun tendangan spekulasi yang sama sekali tidak mengancam gawang Milan.

Ditambah, setidaknya terdapat tiga peluang apik, umpan manja yang gagal disambut menjadi tendangan oleh Cutrone dan Diao. Probabilitas nyekor (xG) sebesar 0.44 sepanjang babak pertama menunjukkan kegamangan Como di depan gawang lawan–sesuatu yang harus diubah I Lariani di babak kedua jika ingin meraih poin dan menjauhkan diri dari zona degradasi.

Modal Skuad Prima

Meski diatas kertas 3-4-2-1, di fase menyerang anak asuhan Cesc Fabregas memainkan formasi 4-2-3-1. Di pos penjaga gawang Jean Butez kembali dipercaya bermain. Sementara di lini belakang Alberto Dossena, Marc-Oliver Kempf, Edoardo Goldaniga, juga Ignace Van Der Brempt menjadi benteng menutup laju serangan Rafael Leao, dkk.

Duet Lucas da Cunha dan Yannik Engelhardt kembali dipercaya sang Allenatore untuk mengatur distribusi bola sekaligus mengatur tempo permainan dari lini tengah. Meski tanpa Nico Paz, lini depan dipercayakan kepada Gariel Strefezza, Alieu Fadera, bersama punggawa baru Assane Diao menemani sang top skorer tim Patrick Cutrone menjadi ujung tombak Como.

Dengan skuad yang mirip saat meraih poin saat bersua Lazio, sudah seharusnya Como melakukan hal yang sama. Bermain di kandang Stadio Sinigaglia menghadapi tim yang kesulitan tatkala bermain melawan klub papan bawah, tak ada alasan bagi Como untuk pulang dengan tangan hampa. Maka, hasil draw adalah target minimal dari pertandingan kali ini.

Kehilangan Momentum

Menghadapi kedigdayaan Milan yang sudah 19 kali menjuarai Serie A, Como sebagai tim yang baru kembali ke liga utama memperlihatkan kesungguhannya untuk percaya diri dengan gaya mereka; bermain menyerang dan terbuka.

Strategi ini pada akhirnya membuahkan hasil pada menit ‘60. Berawal dari gerakan dribbling ciamik Maxence Caqueret di tengah lapangan, umpan yang diberikannya kepada Diao berhasil dikonversi menjadi Gol. Diao yang bergerak dari sisi kiri pertahanan I Rossoneri berhasil mengelabui lini terakhir lewat aksi dummy sebelum menyepakkan bola ke tiang dekat Mike Maignan. 1-0 untuk keunggulan Como.

Gol pembuka tak terduga tampaknya membuat I Rossoneri Murka. Tidak mau dipermalukan Como apalagi sebelumnya baru saja memenangi Piala Super Italia, menyuntikkan adrenalin bagi skuad asuhan Sergio Fonseca.

Como yang berusaha mempertahankan keunggulan dengan bermain lebih compact, dikepung Milan dari berbagai sisi. 10 menit setelah gol Diao akhirnya I Rossoneri berhasil menyamakan kedudukan. Berawal dari sepak pojok Reijnders, ancaman di depan gawang tak berhasil disapu bersih Edoardo Goldaniga. Bola kemelut di sepak oleh Theo Hernandez, melambung diatas tepisan Jean Butez sebelum menukik ke sisi kanan gawang. Skor kembali imbang untuk kedua tim.

Como yang melihat bahwa bermain bertahan malah membuat mereka menjadi bulan-bulanan serangan para pemain Milan, mencoba kembali memperagakan permainan terbuka. Namun tampaknya Dewi Fortuna tidak memihak mereka hari ini.

Momentum yang muncul pasca dimulainya babak kedua, ternyata tidak bertahan sepanjang laga. Milan yang bermain lebih percaya diri menyadarkan Como akan pentingnya momentum.

5 menit setelah gol pertamanya, Milan mampu membalikkan keadaan. Umpan terobosan brilian dari Tammy Abraham berhasil melewati pertahanan dua pemain belakang Como, sebelum sontekan chip Rafael Leao menggetarkan jala gawang Jean Butez untuk kedua kalinya. 2-1 untuk AC Milan.

Sang allenatore Fabregas mencoba merespon situasi tertinggal dengan memasukkan beberapa pemain berprofil menyerang. Gabrielloni, Belotti, dan Verdi dimasukkan untuk memberikan efek gedor bagi pertahanan Milan. Namun tampaknya lini pertahanan Fikayo Tomori, dkk terlalu kuat untuk kebobolan kedua kalinya. Pada akhirnya sampai laga usai situasi tidak berubah. 2-1 untuk kekalahan Como.

Kegagalan Menjauhi Degradasi

Perlu ada evaluasi besar-besaran jika Como masih ingin bertahan di piramida tertinggi sepak bola Italia. Kekalahan ini membuat Como turun ke peringkat 16, hanya berjarak 1 poin dari zona degradasi. Adapun kekalahan ini adalah yang ke 9 kalinya dari 19 laga.

Konversi peluang harus menjadi perhatian khusus bagi tim kepelatihan. Tanpa menyelesaikan permasalahan ini, maka Como akan dikutuk menjadi klub yang selalu menyia-nyiakan kesempatan gol. Jika memang tidak bisa diselesaikan secara sistemik, maka mencari pemain baru menjadi keniscayaan sebelum bursa transfer musim dingin ditutup.

Meski gagal meraih poin namun kredit harus diberikan kepada sang punggawa anyar: Assane Diao. Selain fakta bahwa ia mencetak gol satu-satunya bagi Como di laga ini, keseluruhan permainan dari pemain berumur 19 tahun ini memang patut diacungi jempol.

Selain memiliki kemampuan dribbling yang cukup baik, pergerakan tanpa bolanya lah yang menjadi kemampuan spesialnya. Seperti saat terjadinya dua peluang pada babak pertama, meskipun tidak menjadi tendangan tapi kemampuannya mencari ruang dan pergerakannya menyambut bola merupakan bakat potensial.

Memadukannya dengan skill tap-in, Diao juga mampu menjadi penyerang klinis di depan gawang. Hanya tinggal menambah jam terbang dan sedikit polesan, Diao akan menjadi senjata tajam Como.

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar