Sejak Paride Tremolada meniup peluit kickoff babak pertama, Como 1907 langsung tancap gas. Meski melawat ke ibu kota, I Lariani menolak bermain bertahan dan reaktif. Apalagi mereka juga punya bekal moral: terakhir kali main dipimpin wasit asal kota Monza itu, anak asuh Cesc Fabregas bikin Atalanta yang sedang on fire tersungkur.
Sayangnya, setengah jam laga berjalan, Como 1907 kecolongan. Alberto Moreno, yang dipercaya mengisi pos bek kiri, melakukan blunder di lini belakang. Umpannya berhasil dipotong oleh Gustav Isaksen. Lini belakang pun mengalami disorientasi yang berhasil dimaksimalkan menjadi gol oleh Boulaye Dia pada menit ‘34.
Jean Butez pun harus memungut bola dari gawangnya. Tercatat, gol dari eks bomber Salernitana itu merupakan kebobolan ke-31 dari Como 1907 musim ini. Ini sudah menjadi semacam penyakit, mengingat mayoritas gol terjadi di babak pertama.
Patrick Cutrone dan kawan-kawan pun memasuki ruang ganti dengan lesu. Raut wajah sang allenatore Fabregas juga tampak tak senang. Bagaimana bisa mereka mendominasi laga, tapi harus tertinggal dari Elang Ibu Kota yang bertanding dengan sayap yang terluka?
Skuad lengkap vs pincang
Anak asuh Cesc Fabregas memulai laga dengan formasi andalan 4-2-3-1. Jean Butez dipercaya mengisi pos penjaga gawang. Sementara Alberto Dossena yang sudah bermain 15 pertandingan musim ini, memimpin lini belakang. Dia ditemani oleh Marc-Oliver Kempf di bek tengah, dan Ignace Van Der Brempt serta Alberto Moreno di sisi bek sayap.
Di tengah, pelatih asal Spanyol itu masih mempercayakan pada duet Lucas da Cunha dan Yannik Engelhardt. Sementara trisula Gariel Strefezza, Nico Paz, dan Alieu Fadera bertugas membantu Patrick Cutrone di lini penyerangan. Sayangnya, Nico Paz kudu mengakhiri laga lebih cepat pada menit ke ‘20 karena cedera. Dia digantikan oleh Assane Diao yang baru saja didatangkan dari Real Betis awal tahun ini.
Dengan skuad lengkap, harusnya Como 1907 bisa mengambil keuntungan. Di sisi lawan, sang Elang Ibu Kota bertanding dengan sayap yang terluka. Dua tower di belakang, Mario Gila dan Patrick, harus absen karena masalah hukuman dan cedera. Sang kapten, Mattia Zaccagni, juga kudu menjalani suspensi. Sementara bomber andalan yang telah mengemas tujuh gol, Taty Castellanos, mendapat akumulasi kartu merah dari laga sebelumnya di Derby della Capitale melawan AS Roma.
Lini depan yang kurang klinis
Sejak memulai musim 2024/2025, ada satu masalah yang belum terselesaikan oleh Cesc Fabregas: lini depan yang mandul. Hal inilah yang menjelaskan mengapa mereka akhirnya defisit 10 gol. Kebobolan 31 dan hanya sanggup menjaringkan 21 bola ke jala lawan.
Masalah ini juga yang terlihat di laga melawan Lazio. Baik di paruh pertama maupun kedua, Como 1907 bermain mendominasi. Lini tengah mereka berhasil mendikte lawan. Yannik Engelhardt beberapa kali bikin Matteo Guendouzi yang memimpin lini tengah Lazio frustasi. Umpan-umpan si kidal Lucas da Cunha ke area flank juga kerap merepotkan.
Sayangnya, bola selalu mentok. Lini depan gagal mengonversi peluang menjadi gol. Tercatat, sepanjang laga Como 1907 melepaskan 17 percobaan dengan hanya empat di antaranya yang menuju target. Jauh lebih banyak dari Lazio yang cuma mampu bikin 12 shot dan empat shot on target.
Como 1907 juga mampu menghasilkan probabilitas nyekor (xG) sebesar 1,77. Dari angka ini, idealnya mereka mampu mencetak dua gol. Tapi Cutrone cs. malah kalah klinis dengan Lazio yang mampu mencetak satu gol hanya dari xG 0,47. Artinya, Lazio lebih mampu memanfaatkan peluang kecil menjadi gol.
Apalagi, mereka mendapat satu lagi keuntungan. Playmaker Lazio, Loum Tchaouna, mendapatkan kartu kuning kedua setelah melanggar Alberto Moreno di menit ke ‘58. Selama setengah jam sisa laga, Fabregas menginstruksikan buat tampil lebih dominan dan menyerang. Sayangnya, dominasi peluang dan 64% penguasaan bola cuma menjadi angka statistik karena lini depan kurang klinis.
Beruntung, Strefezza tampil bagus
Gol dambaan suporter Como 1907 yang rela bertandang 609 kilometer ke ibu kota baru hadir di menit ‘72. Crossing Gabriel Strefezza gagal diantisipasi lini belakang Lazio. Patrick Cutrone berdiri bebas dan berhasil mencetak gol yang menggagalkan kemenangan tuan rumah.
Patrick’s equaliser that brings home an important point! pic.twitter.com/UfbKeaPC1v
— Como1907 (@Como_1907) January 11, 2025
Penampilan Gabriel Strefezza di laga tersebut memang paling menyita perhatian. Kalau pemain lain baru “on” setelah Lazio kehilangan satu pemain, winger keturunan Italia-Brasil ini sudah bermain cemerlang sejak awal laga. Dia seperti main dengan dua paru-paru: menyerang dari sayap kanan, turun meminta bola ke tengah, sampai trackback ke belakang menutup celah yang ditinggalkan bek kanan Ignace Van Der Brempt.
Umpan berbuah gol kepada Patrick Cutrone semalam adalah asis keduanya musim ini. Sebagai pemain dengan menit bermain terbanyak di tim, dia memang bukan yang paling produktif. Total kontribusi golnya di liga baru empat, yakni masing-masing dua gol dan dua asis.
Namun, bersama Nico Paz–yang sialnya mengakhiri laga lebih cepat, mereka jadi dua pemain paling kreatif dalam tim. Sejauh ini, dia telah melepaskan 21 tembakan yang separuh di antaranya mengarah ke gawang. Tingkat keberhasilan umpannya juga mencapai 80,88%. Yang lebih oke lagi, expected assist-nya juga berada di angka 2,4 dan berbuah dua gol buat Como 1907.
Beruntung, di pertandingan dini hari tadi Strefezza menunjukkan konsistensinya. Ketidakhadiran Nico Paz di sisa laga, yang biasanya menjadi metronom serangan, mampu di isi dengan penampilan memukaunya. Pada laga melawan Lazio juga, dia meraih predikat Man of the Match.
Btw, hasil imbang ini bikin Como 1907 belum beranjak dari posisi 15 di klasemen Serie A. Cuma berjarak dua poin dari Lecce di zona degradasi. Sementara bagi Lazio, gagal menang berarti gagal memangkas jarak dari pesaingnya. Mereka bertahan di posisi keempat dengan 36 poin, beda empat angka dari Juventus (peringkat 5) dan Fiorentina (peringkat 6) yang sama-sama menyimpan dua pertandingan.